Tampilkan di aplikasi

Agar produksi emas pipilan kian cling

Majalah Agrina - Edisi 272
23 Februari 2018

Majalah Agrina - Edisi 272

Hamparan jagung, harapan petani.

Agrina
Ketidakpastian harga sering menjadi se bab petani di Lampung berganti komodi tas antara singkong dengan jagung. Ke adaan ini dialami pula oleh Bahrum, warga Desa Kibang, Kec. Metrokibang, Kab. Lampung Timur, Lampung. Selama hampir 25 tahun menjadi petani, ia selalu berganti tanaman mengikuti ko moditas yang harganya bagus.

“Harga jagung tidak pernah di atas Rp2.000/kg dan produksinya selalu rendah akibat kekurangan pupuk dan diserang penyakit,” kenangnya. Sejak bermitra dengan PT Vasham Kosa Sejahtera pada 2015, jagung berkadar air 30% milik Bahrum dihargai Rp3.800/kg. Harga itu jauh di atas harga tengkulak yang berkisar di bawah Rp3.000/kg.

Dengan harga di atas Rp3.000/kg, pria berusia 50 tahun ini bisa membukukan penghasilan bersih ratarata Rp9 juta–Rp10 juta per musim. Karena memperoleh harga bagus, kini banyak petani singkong beralih menanam jagung dengan menjalin kemitraan bersama Vasham.

“Di kelompok Tani Sejahtera sudah 10 petani yang bermitra dan mengelola lahan seluas 8 ha,” terang petani yang menanam jagung dua musim ke belakang kepada AGRINA. Perbaiki Fasilitas. Aldrian Irvan Kolonas, Chief Execu - tive Officer (CEO) Vasham mengakui, selama ini kelemahan petani ada lah tidak memiliki lantai jemur untuk menge ringkan jagung sehingga tidak bisa menyetor jagung secara langsung ke pabrik corn dryer (pengering jagung).

Sementara, teng - kulak memiliki lantai jemur dan bisa menyetor jagung ke pabrik corn dryer. “Kelemahan ini dimanfaatkan teng kulak dengan menekan harga jagung basah dari petani,” ungkap Irvan, sapaan akrabnya.
Majalah Agrina di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI