Tampilkan di aplikasi

Replanting terganjal legalitas lahan

Majalah Agrina - Edisi 272
23 Februari 2018

Majalah Agrina - Edisi 272

Peningkatan produksi dengan peremajaan kebun tua. / Foto : Windi Listianingsih

Agrina
Perlahan tapi pasti, upaya peningkatan produksi kelapa sawit Indonesia terus dilakukan. Andi Amran Sulaiman, Menteri Pertanian dalam acara konferensi sawit internasional di Bali November lalu, menegaskan hal ini.
“Kami mendukung petani, perusahaan sawit, karena sangat berkontribusi pada negara. Devisa yang dihasilkan mencapai Rp250 triliun setiap tahun. Itu luar biasa. Sehingga, kita harus jaga. Yang sudah ada kita rawat. Kalau ada masalah, mari selesaikan bersama,” ajaknya.

Peningkatan Produktivitas. Luas areal perkebunan kelapa sawit sekitar 11 juta ha lebih. Sebesar 40,15% lahan ini adalah perkebunan rakyat. Sisanya perkebunan besar milik pemerintah dan swasta. Produksi minyak sawit mentah (crude palm oil, CPO) sekitar 30 juta-31 juta ton pada 2016. Menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 33 juta-34 juta ton.

Selain akibat badai El Nino yang melanda Indonesia pada 2015, menurunnya produksi CPO juga karena masih rendahnya produktivitas sawit, terutama di perkebunan rakyat. Produktivitas sawit rakyat berkisar 15-16 ton tandan buah segar (TBS)/ha/tahun, sedangkan perkebunan besar lebih dari 20 ton TBS/ha/tahun.

Rendahnya produktivitas sawit karena banyak faktor, di antaranya masih banyak tanaman berteknologi dan manajemen sederhana yang diusahakan dalam skala kecil serta penggunaan tanaman nonklonal, tanaman tua, dan tanaman yang sudah rusak.

Tanaman yang berasal dari tanaman nonklonal, potensi produksi genetiknya rendah. Sementara tanaman tua atau rusak secara keseluruhan menurunkan produktivitas tanaman di blok yang sama meski potensi produksi genetiknya tinggi.
Majalah Agrina di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI