Lahan rawa di Indonesia mencapai 34,1 juta ha meliputi rawa pasangsurut 8,9 juta ha dan rawa lebak 25,2 juta ha yang tersebar di berbagai wilayah. Sekitar 21,8 juta ha lahan rawa ini potensial dikembangkan tetapi hanya 10 juta ha saja cocok untuk pertanian.
“Apabila digarap 10 juta hektar saja yang tersebar di Sumsel, Kalsel, Jambi dan Kalbar, ditanam minimal dua kali setahun, dengan produktivitas 6 ton/ha, akan menghasilkan padi 120 juta ton GKG setara 60 juta ton beras.
Beras surplus bahkan bisa memasok kebutuhan dunia,” terang Amran Sulaiman, Menteri Pertanian pada perayaan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke- 38 di Jejangkit, Barito Kuala, Kalsel, Kamis (18/10). Berbagai varietas unggul padi yang tumbuh subur pada lahan pertanian rawa di Jejangkit, seolah ikut menyambut semarak nya peringatan besar ajang HPS ke-38.
Seperti apa benih varietas unggul itu? Benih Varietas Unggul Pertanaman yang baik diawali dari benih berkualitas. Priatna Sasmita, Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) menjelaskan, varietas unggul merupakan salah satu teknologi andalan untuk mengoptimalkan produksi padi di lahan rawa.
Ke menterian Pertanian melalui BB Padi telah merakit berbagai varietas unggul baru adaptif untuk ekosistem rawa yang dikenal varietas Inbrida Padi Rawa (Inpara).
Selain adaptif, varietas tersebut memiliki potensi hasil tinggi, mencapai 6 ton/ha gabah kering giling (GKG). Varietas Inpara itu adalah Inpara 1, Inpara 2, dan Inpara 3 dirilis pada 2008; Inpara 4, Inpara 5, dan In para 6 diperkenalkan pada 2010; Inpara 7 pada 2012; serta Inpara 8 Agritan dan Inpara 9 Agritan pada 2014. Inpara 3 memiliki potensi hasil 5,6 ton/ ha GKG dengan rerata hasil 4,6 ton/ha GKG, tekstur nasi pera, dan umur tanaman 127 hari.
Majalah Agrina di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.