Tampilkan di aplikasi

Tiga cara mencapai devisa US$1 miliar

Majalah Agrina - Edisi 297
13 Maret 2019

Majalah Agrina - Edisi 297

Kekurangan pasokan udang dunia sekitar 500 ribu – 1 juta ton setahun. / Foto : WINDI L.

Agrina
Ekspor udang Indonesia mencapai US$1,5 miliar pada Januari-Oktober 2018 dari volume 165,12 ribu ton. Nilai ini, menurut Rifky Effendi Hardijanto, masih sangat mungkin ditingkatkan meng ingat kebutuhan udang dunia masih belum dapat dipenuhi oleh para pemasok yang ada. Apalagi, udang menduduki peringkat kedua hasil perikanan yang diperdagangkan di dunia dengan nilai mencapai US$22 miliar. Nilai tersebut di bawah angka perdagangan salmon dan trout yang mencapai US$26 miliar.

Besarnya potensi udang ini membuat KKP optimis menargetkan tambahan devisa sebesar US$1 miliar melalui ekspor udang pada 2021. “Kalau kita bisa menambah US$1 miliar dalam 3 tahun ke depan, maka kita bisa membantu memperbaiki neraca perdagangan Indonesia,” tandas Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) itu.

Kekurangan Suplai. Dari sisi permintaan, Rifky menjelaskan, dunia menganggap udang sebagai makanan mahal atau mewah. Penganan bakwan yang diberi tambahan udang misalnya, harga jual nya akan lebih tinggi. “Ini membuat makanan biasa menjadi mewah. Jadi berlaku diseluruh dunia, udang itu dianlogkan makanan mahal,” ulasnya.

Udang juga memiliki penggemar tersendiri yang tidak bisa digantikan komoditas lain. Selain itu, lanjut dia, masih ada kesenjangan yang cukup besar antara permintaan dan suplai udang. “Gap-nya itu sekitar 500 ribu sampai 1 juta ton setahun. Nah, ini potensi besar,” cetusnya optimis.
Majalah Agrina di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI