Memprediksi atau memperkirakan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) bukanlah untuk menakut nakuti petani pada masa tanam padi berikutnya. Akan tetapi, sebagai early warning (peringatan dini) agar petani lebih waspada akan datangnya organisme pengganggu tanaman.
Guru Besar Fakultas Pertanian IPB Bogor, Prof. Dadang mengutarakan kepada AGRINA, setidaknya ada tiga faktor yang mendorong perkembangan hama. Mulai dari kemampuan serangga itu sendiri, kondisi tanaman, hingga faktor lingkungan. Faktor lingkungan, seperti iklim, imbuh Dadang, menjadi faktor abiotik pendukung keberadaan hama.
Sementara lingkungan biotik atau keberadaan musuh alami, juga menentukan populasi hama. “Iklim punya peranan penting, tapi faktor lainnya perlu dilihat. Walaupun iklim mendukung tapi kalau musuh alami cukup, populasi hama bisa menurun,” jelas Dosen Departemen Proteksi Tanaman Faperta IPB ini.
Yang Wajib Diantisipasi Berdasarkan pengalaman tahun lalu, Dadang memprediksi, penggerek batang, wereng batang coklat (WBC), hama putih palsu (HPP), dan tikus akan tetap menjadi perhatian pada tanaman padi.
Sementara penyakit blas yang disebabkan oleh cendawa.Pyricularia grisea juga tetap diwaspadai, di samping keberadaan virus kerdil rumput (Rice Grassy Stunt Virus - RGSV) dan virus kerdil hampa (Rice Ragged Stunt Virus - RRSV).
“Hama putih palsu mengganggu fotosintesis. Ini memang harus ada kewaspadaan dari petani terutama penggerek dan WBC. Mungkin WBC, sudah punya pengalaman banyak petani kita. Penggerek juga perlu dilihat. Beberapa tempat diinformasikan cukup tinggi.
Ada yang sampai 20-30% serangan. Saya lihat di Bekasi ada yang cukup tinggi,” rinci Dadang. Sementara itu, senada dengan Dadang, Sales Manager FMC Agricultural Manufacturing, Arya Yudas mengatakan, OPT yang bakal menjadi perhatian pada tanaman padi masih tetap penggerek batang dan WBC.
Majalah Agrina di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.