Tampilkan di aplikasi

Concorde, terus hidup dalam imajinasi

Majalah airmagz - Edisi 35
14 Maret 2018

Majalah airmagz - Edisi 35

Kecepatan terbang maksimum Concorde mencapai 2.179 km/jam. / Foto : flightzona.com

airmagz
Pada akhir 1950-an, Bristol Aeroplane Company (BAC) perusahaan manufaktur asal Britania dan Sud Aviation dari Perancis mulai sibuk membuat desain pesawat. Oleh Britania, Bristol Type 223 dibikin dengan desain sayap tipis berbentuk delta, sedangkan Perancis membangun model Sud-Aviation Super Caravelle dengan kemampuan jarak tempuh menengah.

Setelah mantap dengan desainnya masing-masing, di tahun 1960-an, prototype kedua desain tersebut kemudian dibuat. Namun sayangnya, saat itu pemerintah Britania menilai biaya produksinya terlalu besar. Hingga akhirnya mereka mensyaratkan kepada BAC untuk mencari kerjasama internasional. Di antara sekian banyak negara yang Britania dekati, Perancislah yang menunjukkan iktikad positif.

Dari sinilah sebetulnya, awal mula terjalinnya kerjasama antara Britania dan Perancis dalam proyek pembangunan Pesawat Concorde. Kemudian pada 28 November 1962, Geoffroy de Courcel (Diplomat Perancis) dan Julian Amery (diplomat asal Britania) mufakat untuk menandatangani perjanjian pembuatan pesawat supersonik Anglo- French. Bersatunya BAC dan Sud Aviation kala itu tidak bisa tidak telah meneguhkan posisi keduanya sebagai perusahaan baru di dunia aviasi.

Di tengah spirit membangun tersebut, keributan kecil sempat memayungi Inggris dan Perancis, dua negara yang membidani kelahiran Pesawat Concorde. Penyebabnya adalah Perdana Menteri Inggris, Harold Macmillan, yang berulah dengan mengubah nama Concorde menjadi Concord tanpa tambahan sufiks ā€˜eā€™.
Majalah airmagz di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI