Tampilkan di aplikasi

Pesawat B-52 Stratofortness, nasib nahas pesawat pengangkut empat bom hidrogen

Majalah airmagz - Edisi 49
8 Maret 2019

Majalah airmagz - Edisi 49

Pesawat B-52 Stratofortness mampu membawa empat bom hidrogen tipe B28RI. / Foto : i.ytimg.com

airmagz
Masih ingat bom nuklir yang dijatuhkan sekutu di Hiroshima- Nagasaki? Ya, sejak saat itu berbagai negara seolah berlomba-lomba untuk mengembangkan teknologi nuklir. Ada yang mengembangkannya untuk kebutuhan energi, ada pula yang menggunakannya sebagai senjata yang berpotensi menimbulkan kerusakan besar dan maha dahsyat.

Sejak teknologi nuklir pertama kali ditemukan pada 1986, banyak kecelakaan nuklir terjadi di beberapa penjuru dunia. Adapun dalam catatan sejarah, sekitar enam kecelakaan yang terbesar. Keenam insiden nuklir terbesar yakni di Windscale Fire, Inggris; Three Mile Island, Amerika Serikat (AS); Kyshtym, Rusia; Chernobyl, Ukraina; Tokaimura dan Fukushima, Jepang.

Dari peristiwa besar yang melibatkan nuklir tersebut , tak satu pun yang menyebutkan insiden jatuhnya pesawat di Palomares, Spanyol. Padahal, pesawat nahas tersebut, kala itu sedang membawa empat bom hidrogen dengan daya 1,45 megaton atau sekitar 100 kali dari bom Hiroshima- Nagasaki.

Arogansi Berujung Petaka

Paranoia Perang Dingin, antara Amerika Serikat dan Uni Soviet kala itu nyaris memicu bencana nuklir dahsyat. Selama beberapa tahun, Komando Udara Strategis Angkatan Udara AS terus-menerus menerbangkan jet bomber di dekat tapal batas negeri Tirai Besi, sebagai bagian dari ‘Operation Chrome Dome’.

Setidaknya selusin pesawat B-52 berpatroli, mengangkasa di atas Atlantik dan Eropa sepanjang waktu. Di mana masing-masing pesawat memuat bom hidrogen berkekuatan maha dahsyat yang bersarang di perutnya. Mereka siap melepaskan senjata pemusnah massal tersebut di wilayah Soviet
Majalah airmagz di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI