Dari Abu Shalih az-Zayyât bahwa ia mendengar Abu Hurairah berkata: Rasûlullâh ﷺ bersabda: Allâh berfirman: “Setiap amalan anak cucu Adam adalah untuknya; kecuali puasa. Karena puasa itu adalah untuk-Ku, dan Akulah yang langsung akan memberinya balasan. Puasa itu adalah perisai. Maka jika salah seorang dari kalian tengah berpuasa, janganlah ia berkata-kata kotor dan berlaku gaduh. Dan jika ada seorang yang mencela atau mengajaknya bertengkar, maka hendaklah ia berkata kepadanya, ‘Sungguh, saya tengah berpuasa’. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh, bau mulut orang yang tengah berpuasa adalah lebih harum di sisi Allâh daripada bau minyak kesturi. Bagi seorang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang akan didapatkannya; gembira tatkala berbuka puasa; dan gembira ketika berjumpa Allâh dengan amalan puasanya.” (Muttafaq alaih).
Bukan Untuk Memberatkan! Suatu amalan, terkadang sepintas lalu terlihat memberatkan dan memayahkan, membuat sebagian orang agak enggan dan bermalas-malasan untuk mengamalkannya. Namun tak jarang justru di balik itu terkandung manfaat dan kebaikan yang tak diduga dan disangkasangka. Justru kebaikan tersebut jauh melebihi sangkaan manusia, bahkan kebaikan-kebaikan yang tak terhingga, yang hanya Allâh saja yang tahu akan hakikat dan keagungan kebaikan tersebut!
Di antara hal tersebut adalah amalan shiyâm, yaitu puasa. Ibadah yang sekilas melelahkan badan dan kadang membuat lunglai, namun sejatinya itu adalah bentuk rahmat Allâh dan perhatian-Nya terhadap hamba-hambaNya. Sampai dalam kaca mata medis pun memang telah terbukti khasiat dan manfaatnya. Meski demikian, seorang Mukmin berpuasa adalah untuk meraih keridhaan dan kecintaan-Nya.
