Memulai sebuah hal untuk pertama kalinya jelas tidak mudah. Akan banyak kegalauan sebelum melangkah, dengan pikiran kita dipenuhi pertanyaan, “what if...?” Terlebih ketika kita akan ‘melangkahkan kaki’ demi sebuah perubahan. Tentu, banyak hal harus dikalkulasi. Apakah outcome dari perubahan ini lebih baik? Bagaimana dengan proses di tengahtengahnya? Jika lebih banyak mudarat dari manfaatnya, sebaiknya lupakan saja dan tetap dengan pakem yang ada.
Dalam konteks otomotif. Memulai hal baru dapat diterjemahkan ke dalam berbagai konteks. Paling simpel, memberikan warna baru pada line-up model. Ekstremnya, memberikan warna menyala pada segmen premium. Fase berikutnya, meninggalkan pakem tertentu yang menjadi ciri khas brand. Hingga memakai teknologi baru yang belum pernah dipakai.
Banyak alasan mengapa hal ini harus dilakukan. Paling mendasar tentu untuk survive di pasar saat ini nan super-kompetitif. Ketika tidak sejalan dengan tren dan permintaan pasar, prinsip dasar apapun harus disesuaikan. Terlalu saklek dan pasang kacamata kuda, jurang keterpurukan pun menanti.
Inilah mengapa kami mendedikasikan edisi Maret bagi produsen yang melakukan hal untuk pertama kalinya. Ada BMW yang akhirnya mengadopsi konfigurasi penggerak roda depan, Lexus dan Honda yang akhirnya bermain turbo, serta mobil listrik pertama dijual di Indonesia.
BMW sadar, mereka butuh amunisi untuk merambah segmen baru. Membuat mereka harus berkompromi terhadap idealisme penggerak roda belakang yang mereka agungkan selama ini. Pun Honda yang terkenal dengan mesin mampu meraung dalam rpm tinggi, harus melirik turbo untuk mendapatkan standar performa dan efisiensi yang diinginkan.
Terakhir, tribute kami terhadap pihak yang berani memulai era mobil listrik di Indonesia. Hanya saja, akan lebih berbunyi ketika hal ini dilakukan oleh agen pemegang mere (APM), bukan sekadar importir umum. Tetap, langkah berani ini harus kami apresiasi. Sembari menunggu langkah konkret dari regulator, hingga para pemain utama.