Tampilkan di aplikasi

Buku Buku Sekolah Elektronik (BSE) hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Buku Guru Seni Budaya
Baca   Unduh

Buku Guru Seni Budaya

SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI - Kurikulum 2013 - Edisi revisi 2017

Di tengah pusaran pengaruh hegemoni global tersebut, fenomena di bidang pendidikan yang terjadi juga telah membuat lembaga pendidikan serasa kehilangan ruang gerak. Selain itu, juga membuat semakin menipisnya pemahaman Siswa tentang sejarah lokal serta tradisi budaya di lingkungannya. Padahal, dari perspektif kultural tidak dapat disangkal Indonesia memiliki kekayaan kebudayaan lokal yang luar biasa. Junus Melalatoa (1995) telah mencatat, sekurang-kurangnya 540 suku bangsa di Indonesia yang masingmasing memiliki dan mengembangkan tradisi atau pola kebudayaan lokal yang berbeda.

Dalam pola-pola kebudayaan tersebut juga berubah sebagai reaksi terhadap dominannya pengaruh budaya global. Reaksi balik tersebut bukan untuk melawan tetapi mencari titik temu dalam rangka menjaga eksistensi dan identitas kelompok dan kebudayaan lokal mereka. Salah satu upaya untuk menjaga eksistensi dan penguatan budaya, dilaksanakan melalui pendidikan seni yang syarat dengan muatan nilai kearifan lokal dan penguatan karakter bangsa.

Sudah tentu sebagai suatu proses pendidikan dilaksanakan secara sistemik yang berlangsung secara bertahap berkesinambungan dalam situasi dan kondisi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh sebab itu, tidaklah salah jika pendidikan merupakan salah satu arah dari Millennium Development Goals (MDGs) (www.unmillenniumproject.org/goals & https://id.wikipedia.org/wiki/Tujuan_Pembangunan).

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Sem Cornelyoes Bangun / Siswandi / Tati Narawati / Jose Rizal Manua
Editor: Dyah Tri Palupi

Penerbit: Buku Sekolah Elektronik (BSE)
ISBN: 9786024271497
Terbit: Januari 2017 , 209 Halaman










Ikhtisar

Di tengah pusaran pengaruh hegemoni global tersebut, fenomena di bidang pendidikan yang terjadi juga telah membuat lembaga pendidikan serasa kehilangan ruang gerak. Selain itu, juga membuat semakin menipisnya pemahaman Siswa tentang sejarah lokal serta tradisi budaya di lingkungannya. Padahal, dari perspektif kultural tidak dapat disangkal Indonesia memiliki kekayaan kebudayaan lokal yang luar biasa. Junus Melalatoa (1995) telah mencatat, sekurang-kurangnya 540 suku bangsa di Indonesia yang masingmasing memiliki dan mengembangkan tradisi atau pola kebudayaan lokal yang berbeda.

Dalam pola-pola kebudayaan tersebut juga berubah sebagai reaksi terhadap dominannya pengaruh budaya global. Reaksi balik tersebut bukan untuk melawan tetapi mencari titik temu dalam rangka menjaga eksistensi dan identitas kelompok dan kebudayaan lokal mereka. Salah satu upaya untuk menjaga eksistensi dan penguatan budaya, dilaksanakan melalui pendidikan seni yang syarat dengan muatan nilai kearifan lokal dan penguatan karakter bangsa.

Sudah tentu sebagai suatu proses pendidikan dilaksanakan secara sistemik yang berlangsung secara bertahap berkesinambungan dalam situasi dan kondisi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh sebab itu, tidaklah salah jika pendidikan merupakan salah satu arah dari Millennium Development Goals (MDGs) (www.unmillenniumproject.org/goals & https://id.wikipedia.org/wiki/Tujuan_Pembangunan).

Pendahuluan / Prolog

Kata pengantar
Proses globalisasi yang sedang dan sudah berlangsung dewasa ini secara faktual telah menjangkau kawasan budaya di seluruh dunia sebagai satu kesatuan wilayah hunian manusia dengan kriteria dan ukuran yang relatif sama dan satu. Budaya global yang relatif telah menjadi ukuran dan menandai konstelasi dunia dewasa ini, yaitu karakteristik budaya yang berorientasi pada nilai-nilai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang bersumber dari pemikiran rasional silogistis Barat.

Proses tersebut mengakibatkan terjadinya tarik-menarik antara kekuatan global di satu sisi dan pertahanan lokal di sisi lainnya. Dalam hal ini antara proses globalisasi yang berorientasi dan tunduk pada sistem dan semangat ilmu pengetahuan dan teknologi Barat versus pelokalan yang pada umumnya justru sebaliknya. Batas antara keduanya memang tidak pernah dapat diambil secara tegas hitam-putih. Roberston (1990) menggambarkannya sebagai the global instituationalization of life-world and the localization of globality.

Berbagai upaya kompromistis dilakukan agar masyarakat memiliki kekuatan untuk berada di kedua posisi sekaligus untuk berada pada titik keseimbangan. Berbagai upaya dilakukan untuk membangkitkan dan memberdayakan system indigenous knowledge, indigenous technology, indigenous art, indigenous wisdom, dsb yang biasanya kurang atau tidak ilmiah tetapi justru kaya atau kental kandungan nilai etika dan estetika yang berakar pada budaya masyarakat pendukungnya. Pengkajian terhadap pengetahuan lokal secara ilmiah akan memperkaya pengetahuan dengan derajat kandungan nilai-nilai humanitas yang relatif tinggi.

Di tengah pusaran pengaruh hegemoni global tersebut, fenomena di bidang pendidikan yang terjadi juga telah membuat lembaga pendidikan serasa kehilangan ruang gerak. Selain itu, juga membuat semakin menipisnya pemahaman Siswa tentang sejarah lokal serta tradisi budaya di lingkungannya. Padahal, dari perspektif kultural tidak dapat disangkal Indonesia memiliki kekayaan kebudayaan lokal yang luar biasa.

Junus Melalatoa (1995) telah mencatat, sekurang-kurangnya 540 suku bangsa di Indonesia yang masingmasing memiliki dan mengembangkan tradisi atau pola kebudayaan lokal yang berbeda. Dalam pola-pola kebudayaan tersebut juga berubah sebagai reaksi terhadap dominannya pengaruh budaya global. Reaksi balik tersebut bukan untuk melawan tetapi mencari titik temu dalam rangka menjaga eksistensi dan identitas kelompok dan kebudayaan lokal mereka.

Salah satu upaya untuk menjaga eksistensi dan penguatan budaya, dilaksanakan melalui pendidikan seni yang syarat dengan muatan nilai kearifan lokal dan penguatan karakter bangsa. Sudah tentu sebagai suatu proses pendidikan dilaksanakan secara sistemik yang berlangsung secara bertahap berkesinambungan dalam situasi dan kondisi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Oleh sebab itu, tidaklah salah jika pendidikan merupakan salah satu arah dari Millennium Development Goals (MDGs) (www.unmillenniumproject.org/goals & ttps://id.wikipedia.org/wiki/Tujuan_Pembangunan). Pendidikan sebagai wahana untuk memanusiakan manusia muda pada dasarnya merupakan aktivitas menyiapkan kehidupan, baik perorangan, masyarakat, maupun suatu bangsa menuju kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang lebih baik di era globalisasi dan menyiapkan generasi emas Indonesia di tahun 2040.

Pendidikan karakter yang berbasis kearifan lokal sebagai penanaman nilai dan ketahanan budaya bangsa sangat diperlukan. Penanaman nilai di kalangan generasi muda saat ini dipandang penting mengingat tantangan yang dihadapi mereka di masa depan sangat berat. Terutama berkaitan dengan pergeseran nilai yang akan, sedang, dan sudah terjadi baik dalam keluarga maupun masyarakat.

Terkait dengan hal tersebut, kiranya diperlukan materi bahan ajar yang dapat mengakomodasi kebutuhan pendidikan bagi generasi muda yang sedang mengarungi masa globalisasi, agar memiliki pegangan hidup dalam bermasyarakat dan bernegara dalam lingkungan lokal maupun global. Buku ini menawarkan berbagai contoh metode dan pendekatan pendidikan seni (rupa, musik, tari, teater) Indonesia berbasis Kurtilas. Memang belum sempurna, harapan kami semoga buku ini “menjadi pelita di tengah gulita”.

Daftar Isi

Sampul
Kata pengantar
Daftar isi
Semesester 1
     Bab 1 : Ringkasan buku siswa
     Bab 2 : Metode pembelajaran
     Bab 3 : Metode penilaian
     Bab 4 : Memahami konsep musik barat
     Bab 5 : Pertunjukan musik barat
     Bab 6 : Konsep, teknik, dan prosedur dalam berkaya tari kreasi
     Bab 7 : Menerapkan gerak tari kreasi (Fungsi, teknik, bentuk, jenis, dan nilai estetis sesuai iringan
     Bab 8 : Pembelajaran seni peran atau akting
     Bab 9 : Teknik penulisan naskah teater
Semester 2
     Bab 1 : Ringkasan buku siswa
     Bab 2 : Metode pembelajaran
     Bab 3 : Metode penilaian
     Bab 4 : Memahami konsep musik barat
     Bab 5 : Membuat tulisan tentang musik barat
     Bab 6 : Konsep, teknik, dan prosedur dalam berkarya tari kreasi
     Bab 7 : Mengevaluasi tari kreasi (Bentuk, jenis, nilai estetis, dan tata pentas)
     Bab 8 : Pemelajaran merencanakan pementasan teater modsern
     Bab 9 : Pembelajaran pementasan teater modern
Glosarium
Daftar pustaka
Profil penulis
Profil penelaah
Profil editor