Tanpa prolog sedikitpun dan hanya melalui pernyataan di situs resmi, PT Ford Motor Indonesia (FMI) mengumumkan berhentinya seluruh aktivitas Ford di Indonesia, termasuk penutupan dealer resmi, serta penghentian impor dan jual beli. Alasannya, tidak mungkin mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Dengan kata lain, merasa ma-de-su alias masa depan suram.
Ada tiga hal menjadi catatan saya pada kasus Ford. Pertama, bagaimana dengan entengnya sebuah perusahaan global memutuskan untuk berhenti tanpa mengindahkan efek dihasilkan. Seakan Ford tidak peduli lagi image brand-nya di Tanah Air. Di mata Ford, Indonesia adalah kartu mati sehingga lebih baik berhenti daripada bertempur sia-sia.
Hal kedua adalah efek dirasakan oleh para pemilik Ford. Begitu pengumuman dirilis, ponsel saya langsung dihujani pertanyaan sama,” Saya pemilik Ford, terus harus diapakan mobil saya?” Ketiga, bagaimana reaksi mitra di Indonesia yang telah menginvestasikan miliaran rupiah membangun jaringan dealer Ford.
Sejuta simpati pun saya berikan kepada seluruh karyawan FMI yang otomatis tidak lagi bergabung dengan keluarga Blue Oval pasca penghentian operasi yang dijadwalkan pada semester II 2016.
Bagi pemilik Ford, rasanya Anda tidak perlu panik. Pihak Ford telah menjamin layanan purnajual, meski detailnya belum jelas. Juga, silakan simak beberapa bengkel spesialis Ford yang dapat dijadikan alternatif servis pada sajian khusus kami tentang mundurnya Ford dari Indonesia.
Apa dilakukan Ford bukanlah kali pertama. Sebelumnya, General Motors juga mengumumkan penutupan pabrik, meski secara brand mereka masih eksis. Sungguh, kami berharap tidak ada brand lain mengikuti langkah Blue Oval.