Kehancuran industri media cetak di luar negeri, khususnya di Amerika sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 2005-an.
Hal ini seiring dengan semakin mudahnya akses internet di negeri Paman Sam, peran media sosial yang diiringi dengan kian gampangnya transfer informasi baik yang dilihat secara langsung oleh masyarakat yang menimbulkan gelombang besar citizen journalism. Semakin tahun berganti, semakin turun pula tiras yang celakanya juga menggerus pendapatan iklan.
Transformasi informasi dan berita kemudian beralih ke digital. Salah satu yang sukses adalah Hu ngton Post yang mengambil nama dari sang founder, Arianna Hu ngton.
Sebagai penulis yang juga blogger perempuan berdarah campuran Yunani-Amerika ini paham ke mana konsumsi publik terhadap berita. Munculnya situs yang didirikan oleh pengusaha media sesungguhnya hanya menyediakan informasi-informasi yang terbatas. Hu ngton Post muncul mengagregasi, sehingga sebuah topik bisa muncul dalam beragam sisi kacamata.
Generasi milenial, sebagai segmen warga yang sejak dari perut ibunya sudah memiliki “DNA” digital dan kini menjadi generasi baru mengkonsumsi produk informasi zonder kertas. Rasanya tak ada lagi generasi milenial yang tidak punya gadget. Cara membacanya pun tak seperti generasi lawas. Mereka cukup memahami satu atau dua poin penting setelah itu mencari lagi informasi-informasi lain. Tidak perlu mendalam yang penting paham dan tak ketinggalan berita.
Pola seperti ini menular kepada generasi Y, generasi X hingga mungkin fl ower generation. Maka, bisa ditebak format digital adalah medium transformasi kini dan masa mendatang. Bahkan belakangan media sosial merupakan media massa pula. Media yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat.
Bagi media-media cetak mingguan bahkan bulanan semakin sulit mendapat tempat. Faktanya jumlah audience media digital jauh lebih banyak ketimbang pembaca cetak. Itu juga karena seluruh informasi bahkan yang in-depth pun bisa diakomodasi jauh lebih cepat oleh format digital.
Nothing last forever. Tiada yang abadi. Tetapi juga tiada yang tak mungkin kendatipun harus meninggalkan sesuatu yang selama ini menjadi tulang punggungnya.
Transformasi harus dilakukan supaya informasi itu mengalir terus, forever.
Media tetaplah media seperti ketika hadir untuk pertama kalinya. Cuma cara dan format penyampaiannya yang berubah. Ia tidak akan mati kecuali lalu berganti. Bagi pebisnis media, informasi juga merupakan komoditas yang menjanjikan.
Pun sebuah media informasi teknologi. Selama teknologi itu terus ada dan berinovasi sekaligus menjadi cara untuk memudahkan kehidupan manusia, maka media ini tetaplah hadir di tengah-tengah Anda.