Kapan titik jenuh tren smartphone? ak ada yang bisa meramal. Sebab, pada setiap tahap di mana kejenuhan teknologi itu datang, tiba-tiba muncul terobosan baru. Yang paling gampang seperti belakangan ini, di saat teknologi chipset prosesor didongkrak lagi oleh Qualcomm saat merilis Snapdragon 810 yang dari berbagai tes menunjukkan kecepatan komputasi super melebihi lawannya.
Kemudian muncul generasi penerusnya, Snapdragon 820 dan 821. Hadirnya jaringan 4G yang sempat confuse karena hanya membicarakan keuntungan pada streaming video dan berbiaya mahal, belakangan dirasakan lebih bermakna ketika bermain Pokemon Go. Memakai jaringan 4G terbukti lebih cepat menyergap monster-monster. Karenanya dengan pemakaian lebih masal, 4G jadi lebih berarti. Tetapi bagi perusahaan produsen smartphone membuat produk termaju sekalipun tidak akan membuat mereka lebih baik. Sebab pesaing akan melakukan langkah serupa. Lihatlah Xiaomi yang ingin maju menjadi pioner selalu terganjal oleh Samsung Maka lantas muncul gagasan mengembangkan berbagai produk elektronik yang mengikuti kebutuhan zaman. Menurut teori yang dilansir Igor Anso dengan matriks Anso - nya, Xiaomi telah membuat empat matriks lengkap. Dan yang belakangan digencarkan adalah matriks diversifi kasi.
Tercatat sudah 18 produk diversifi kasi yang berbasis transportasi pintar dan Internet of Things (IoT). Untuk transport saja, Xiaomi punya tiga (Ninebot Mini, Qicycle dan Yunbike). Sisanya sebagian besar disiapkan untuk kebutuhan aplikasi smarthome yang berteknologi IoT. Sebut saja Mi Lighting dan sebanyak 27 produk yang merupakan paket bertajuk Mi Smart Home. Ada sensor jendela, pusat kendali media, penanak nasi, pengontrol lampu hingga kamera CCTV 360 derajat. Sebagai hub dan integrasi dengan penggunaan smartphone yan merupakan bisnis intinya, disiapkan pula sebuah aplikasi bernama Mi Smart Home atau Mi Remote. Dalam usianya yang baru menginjak enam tahun, Xiaomi telah meletakkan dasar yang kuat karena memiliki visi yang berbeda. Mereka tidak perlu membuat perangkat elektronik mahal seperti yang dilakukan oleh Samsung atau LG, yang kerap kali tidak terintegrasi satu sama lain. Masing-masing unit bisnis seperti berjalan sendiri-sendiri.
Produk-produk buatan Xiaomi lahir oleh landasan bisnis dan teknologi yang jelas dan sinergis. Pada soal bisnis pula, perusahaan ini punya visi jelas, yaitu produk yang terintegrasi itu harus lah terjangkau, tanpa harus mengalpakan kualitas, desain dan teknologi yang diusungnya. Nah, konfi gurasi cerdas inilah sesungguhnya letak pembeda dengan produk kompetitornya Maka jika kelak, industri smartphone benar-benar sampai titik jenuh, Xiaomi sudah punya alternatif berlayar dengan biduk lain yang siap me-replace. Tidak bertahan pada satu bisnis yang makin lama semakin menggerus biaya. Dan, era IoT sudah digenggam oleh pabrikan ini. (*)