Indonesia dan #D19italNation, Menurut Jamalul Izza, ketua APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), teknologi internet (termasuk aplikasinya) mesti memiliki ketahanan nasional. Dengan kata lain, semakin banyak produk dan layanan yang berasal dari anak negeri, maka tingkat resistensi terhadap produk asing pun kian tinggi. Tidak memiliki ketergantungan dan lebih mandiri. Sekarang kita tengah dihadapkan pada “serbuan” aplikasi-aplikasi Over the Top (OTT) asing. Kebijakan swadaya dengan mendorong pemakaian OTT lokal antara lain Qlue, Catfi z, dan Sebangsa mungkin menarik. Namun dukungan ini baru sebatas wacana. Belum pada tahap menggunakan pendekatan regulasi dan infrastruktur.
Stakeholder penggunanya pun belum pula massal karena memang tidak dilakukan kampanye secara masif. Akibatnya Qlue hanya dikenal sebagai aplikasi pelaporan dari warga dan pemerintah. Nasib serupa juga pada aplikasi Lapor! Beberapa keuntungan jika menggunakan aplikasi dalam negeri di antaranya sistem pengelolaan datanya berada di dalam negeri dengan menggunakan server lokal sehingga seluruh data dapat dipantau secara mandiri. Kemudian, jaringan yang sudah 4G dapat dioptimalkan sehingga beban operator untuk menyelenggarakan lalu-lintas data lokal benar-benar terbukti. Yang penting lagi, pendapatan atas penggunaan aplikasi sepenuhnya dapat dikontrol dan memberikan pemasukan bagi bangsa.
Aplikasi adalah aset yang tidak sekadar dilihat dari sisi output secara ekonomi. Melainkan juga sebuah sistem bagaimana teknologi dapat dikembangkan oleh developer lokal agar mampu menunjukkan kreativitasnya sekaligus membantu menyelesaikan persoalan. Pada suatu ketika aplikasi bahkan dapat menjadi bagian dari profi l sebuah negara. Indonesia Smart City yang digelar di Bandung, 2-3 September 2016, bukan sekadar menjadi ajang untuk menelaah bagaimana membangun sebuah kota cerdas di berbagai kota dan kabupaten (juga provinsi) di Indonesia. Juga pelibatan para stakeholder swasta yang telah memiliki visi untuk membangun smart city. Tetapi juga ikut mengakomodir para pencipta aplikasi dan so ware jadi bagian dari ekosistem kota cerdas.
Sinergi dengan hal terebut, CHIP Indonesia bersama Indosat Ooredoo tengah menggelar Indosat Ooredoo Wireless Innovation Contest (IWIC), guna mencari aplikasi mobile yang siap digunakan. Banyak gagasan dan temuan yang sangat inspiratif. Tinggal menunggu saja dorongan kuat dari banyak pihak agar karyakarya tersebut benar-benar terpakai. Jangan lupa ada pula kelompok masyarakat yang diam-diam ambil bagian dengan cara membuat karya teknologi berupa perangkat keras. Mereka ini biasa disebut maker (atau kickstarter) yang sebagian karyanya sangat identik dan dapat diaplikasikan untuk membangun kota cerdas. Karenanya, di edisi Ulang Tahun majalah CHIP Indonesia yang ke 19 kami tampilkan sejumlah kreator tersebut. Ya, mereka adalah bagian dari ekosistem tersebut. Sekaligus sejak hari ini, CHIP Indonesia membawa semangat kebangsaan dalam konteks teknologi yang kami suarakan, yaitu #D19gitalNation