Dari 235.000 Dolar Jadi 1.06 Miliar Dolar! dalah Nick Woodman, si empunya bisnis kamera aksi (action cam) Go Pro. Seorang penggila selancar, hidup bohemian mencari spot-spot surfi ng terindah di dunia. Pernah menyambangi Bali berkali-kali. Di Bali, bersama pacar yang kini istrinya, Jill Scully membeli banyak kalung yang rata-rata seharga Rp 25.000,-.
Sesampainya di California yang juga punya spot surfi ng, ia jual kalung itu masing-masing seharga Rp800 ribu. Lumayan laku. Tetapi, hasil penjualan kalung itu tak cukup sebagai modal bisnis kamera. Ide bisnis kamera mendadak muncul lantaran sulitnya menyuting video atau memotret dengan obyek apa yang ada di depan mata si peselancar. Angle-angle itu seringkali luar biasa serunya. Cara satu-satunya adalah membekali sang surfer dengan kamera. Dia lah manusia pertama yang melihat obyek sekaligus kamerawan.
Selanjutnya, lahirlah kamera aksi yang ia beri nama Go Pro. Bisa ditebak, lalu menginspirasi banyak penggiat olahraga alam bebas memakainya. Cara merekam adegan yang tak bisa dilakukan oleh smartphone kala itu. Beruntung Woodman punya orang tua lumayan berduit. Dari ayahnya ia peroleh modal 200 ribu dolar. Sang ibu meminjamkan kocek 35 ribu dolar. Tahun 2004 untuk pertama kalinya dirilis Go Pro Hero 35mm. Tak terlalu laku keras, sampai kemudian mendapat order membuat 100 unit untuk perusahaan Jepang. Bisnis mulai lancar. Order bertambah hingga ia memperoleh keuntungan 150 ribu dolar. Tetapi itu belum balik modal. Baru 2005 tandatanda keuangan membaik. Tahun itu ditutup dengan keuntungan 350 ribu dolar. Setidaknya, sudah bisa kembalikan modal.
Singkat kata, bisnis Go Pro menanjak dan memperoleh pendapatan besar. Tahun silam Forbes menempatkan pria 41 tahun ini sebagai pebisnis IT nomor 73 terkaya di dunia. Hingga September 2016 kekayaannya sudah menembus 1,06 miliar dolar (sekitar Rp13,9 triliun). Woodman adalah maker. Ia membuat kamera yang kemudian menjadi terobosan cara mengambil gambar dengan angle yang berbeda.
Jika dibandingkan beberapa start up sukses yang tergabung di Kickstarter, modal pria ini kalah. Ada yang bahkan memperoleh donasi mencapai 400 ribu dolar. Namun, dalam bisnis IT bukan saja milik developer aplikasi yang kerap disuntik investasi jutaan dolar. Ada para maker yang fokus pada penciptaan hardware. Dan, bidang ini sangat terbuka luas. Di CHIP edisi Oktober ini, bersama Intel Indonesia dan Digiware, kami memberikan bonus berupa buku kecil memahami mikrochip dan mengembangkan menjadi perangkat yang dapat digunakan oleh khalayak. Buku ini sangat memandu. Dan, Anda kami tantang untuk membuat aneka