Judul di atas adalah tagline baru yang dibuat oleh kolaborasi antara Intel dengan Microsoft. Cukup menggelitik, karena dua perusahaan raksasa ini –yang didukung pula oleh Dell, HP dan Lenovo- kabarnya akan menggelontorkan biaya besar untuk kembali menyuarakan “nasib” PC yang terus terpuruk. Kabarnya tak kurang dari 300 juta dolar (sekitar Rp 4,2 triliun) akan disiapkan untuk kebutuhan pemasaran selama setahun.
Gabungan lima perusahaan ini juga membuat strategi baru tentang cara berpemasaran. Mengingat selama ini, yang dilakukan selama bertahun-tahun adalah kerja per perusaahaan. Dalam hal ini, Intel dan Microsoft yang paling aktif memberi subsidi. Sementara efeknya pun hanya kembali menggemukkan finansial kedua perusahaan ini. Perusahaan pabrikan tetap terengah-engah menghadapi penuruan penjualan juga akibat desakan berbagai perangkat baru yang lebih laku.
Kita lalu bertanya-tanya, apa alasan mendasar hingga dua perusahaan ini ingin membangun kembali bisnis PC? Di dunia ini tercatat sekitar 500 juta PC yang sudah berumur lima tahun lebih. Jelas sebagian membutuhkan up grade, yang tentu tidak bisa digantikan begitu saja dengan perangkat mobile. PC-PC modern amat dibutuhkan tidak sakadar meremajakan, melainkan sanggup menghadapi tantangan kebutuhan IT masa depan.
Lahirnya miniPC dan microPC belum menunjukkan tanda bahwa perangkat efisien ini memenuhi selera konsumen. Namun, setidaknya membuat kemasan seperti ini merupakan sebuah cara ekstensifikasi di tengah pola pemakaian komputer yang semakin sederhana, tidak makan tempat, dan terintegrasi dengan perangkat lain seperti televisi layar datar yang penjualannya naik terus.
Fenomena lain, penjualan SSD yang meningkat juga harus diperhitungkan. SSD tidak berjalan sendiri. Ia amat membutuhkan eksistensi sebuah PC. Ditambah pula dengan banyak dan beragamnya data digital baik secara korporasi maupun personal.
Celakanya, faktor marketing dan advertising nyaris tidak segalak dan segarang perusahaan manufaktur mobile ketika merilis produknya. Boleh jadi konsumen tidak mendapat informasi atas hadirnya produk yang mereka lansir. Intel dan Microsoft tampaknya melihat kekurangan ini. Bahwa pengenalan produk melalui iklan sungguh sebuah bagian dari proses pemasaran yang tidak bisa ditinggalkan. Kini, mereka siap beraksi.