Pembaca yang terhormat, Produsen device merancang beberapa produk yang umumnya merupakan pengembangan. Misalnya saja, Lenovo yang tempo hari merilis seri Yoga (tablet maupun laptop). Secara teknis tak banyak gubahan signifikan. Kecuali pada form factor. Bahwa perangkat 2 in 1 (tablet dan laptop) sudah tak bisa didikotomi. Menyatu, karena konsep layar sentuh pada dasarnya telah menjadi kebutuhan. Lagi pula, perangkat itu kini harus memenuhi kriteria mobile device yang multipurpose.
Sementara, perkara jaringan, pemerintah dan operator tengah sibuk melakukan refarming (tata ulang). Obyektifnya adalah membangun kanal untuk jaringan 4G LTE yang musti rampung paling lambat akhir tahun. Bahkan operator seperti Smartfren, sejak awal tahun sudah menggemborkan 4G-nya. Mereka fokus benar pada penyediaan jaringan yang siap pakai, entah lewat smartphone atau modem. Hingga November, XL sudah promosi lebih dulu. Operator Tri menyatakan proses tata ulang sudah selesai, tinggal siap jalan.
Rudiantara dan jajaran direktoratnya punya kemauan keras, sebab pertumbuhan internet sudah menggelegak. Pebisnis e-commerce berduyun, juga aplikasi economy sharing yang ikut membuncah. Lewat jaringan sekarang ini saja, negara mendapat pemasukan sebesar Rp 13 triliun dari penyelenggara jasa jaringan nirkabel.
Bisnis aplikasi, apapun bentuknya (meski tren e-commerce paling tinggi) ikut bergolak. Kehadiran penyandang dana investasi (venture capital) tak tanggung-tanggung kucurkan modal. Tahun 2015, begitu banyak gelaran kompetisi atau lomba aplikasi.
Tahun depan, prospek perangkat 2 in 1 agaknya akan naik daun. Kita tak bisa hanya mengandalkan sebuah tablet atau laptop saja. Sedangkan keberadaan microPC atau miniPC akan ikut menyita perhatian. Lalu dibarengi dengan munculnya perangkat storage yang berdimensi mini pula tetapi powerfull. Walaupun tren cloud storage juga semakin terasa manfaatnya. Sebaliknya tampaknya smartphone tak akan banyak inovasi baru. Selain ada kejenuhan, produsen seperti kehilangan kreativitas, kecuali hanya sekadar mengutak-atik fitur fotografi dan multimedia. Bukan tidak mungkin semuanya mengumbar teknologi 4G.
Tetapi tidak dengan aplikasi, web dan software. Faktor ini akan tumbuh pesat. Kendati yang populer lebih banyak aplikasi buatan luar negeri yang diadopsikan ke Indonesia. Artinya, peran pengembang musti didorong lebih keras agar menghasilkan karya digital yang kompetitif.