Ikhtisar
Kembali berbincang tentang buku Sentuhan Jiwa untuk Anak Kita karya Dr. Muhammad Muhammad Badri. Ada nasehat penting di jilid 2 buku ini. Kata Dr. Muhammad Muhammad Badri, “Cintailah anakanak Anda dengan cinta yang nyata; tunjukkan kesalahan mereka dengan lembut dan santun; bersabarlah dalam menghadapi perilaku mereka; bersikaplah sesekali seakan-akan Anda mengabaikan kesalahan mereka; jadikanlah diri Anda sebagai teladan bagi mereka; gunakanlah cara dan metode yang tepat dalam melakukan itu. Gunakan bahasa cinta dan kasih-sayang.” Ungkapan ringkas ini mengingatkan kepada kita, yakni keharusan mencintai anak-anak dengan cinta yang nyata. Banyak orangtua datang konsultasi kepada saya bermula dari tidak adanya perasaan dicintai pada diri anak. Orangtua merasa sudah tidak kurang-kurang dalam mengasuh anak, tetapi anak merasa orangtua tak peduli kepadanya. Orangtua merasa mencintai anaknya, tetapi anak tak melihat dan merasakan cinta itu secara nyata. Meski tak sedikit orangtua yang harus disadarkan betapa mereka belum mencintai anaknya dengan sungguh-sungguh.
Masalahnya, bagaimana menunjukkan kepada anak agar mereka tak menganggap kita hanya bicara, melainkan lebih penting lagi mereka merasakan dan yakin bahwa kita mencintai mereka? Inilah sisi menarik buku Human Touch.
Ulasan Editorial
Melalui Buku ini, penulis berbagi tentang bagaimana mengasuh anak, menanamkan prinsip, keyakinan dan iman pada diri anak
Mohamad Fauzil Adhim
Pendahuluan / Prolog
Sentuhan Jiwa Untuk Anak Kita
Saya berlindung kepada Allah dari kejahatan hawa nafsu saya serta keburukan perbuatan saya.
Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, tidak ada yang bisa menyesatkannya; barangsiapa disesatkan, tidak ada yang bisa memberinya petunjuk.
Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya; saya pun bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba sekaligus utusan-Nya.
Sehubungan dengan permintaan salah seorang tercinta agar buku ini dicetak ulang, saya meneliti apa alasannya, lalu saya kaitkan dengan respons para orang tua dan pendidik yang telah membaca cetakan pertama dan keduanya; semua komentar mereka berkisar pada satu nada: “Aneka kesalahan mendidik anak yang dibahas buku ini benar-benar pernah kami lakukan”. Kemudian, mereka semua mengungkapkan hasrat untuk mengetahui bagaimana cara berhenti membuat kesalahan-kesalahan itu, atau paling tidak menguranginya.
Merenungi komentar-komentar tersebut, ternyata realitas pendidikan kita tak ubahnya samudera, yang semakin dalam orang menyelaminya, semakin gelap dan semakin besar pula tekanannya terhadap xiv | Pengantar Cetakan Ketiga fisik dan mental, sehingga membuat orang kehilangan kemampuan memahami apa yang tengah terjadi, atau justru memahaminya.
Kenyataan itu membuat saya merasa bahwa apa yang saya tulis belum membuat sistem pendidikan Islam menonjol dan dihargai. Sebab, saya melihat banyak teknik sistem ini tidak diulas penulis lain secara memadai. Di sisi lain, saya merasa puas terhadap beberapa teknik yang saya jelaskan dengan gamblang berkat taufik dari Allah. Inilah yang mendorong saya mencetak ulang buku ini.
Dalam pengantar ini, saya ingin mengisyaratkan bahwa banyak orang tua dan pendidik sepakat dengan gagasan-gagasan dalam buku ini secara teori, namun pada praktiknya mereka malah menjadi salah satu rintangan terbesar yang menghalanginya. Mungkin, penyebabnya adalah tradisi-tradisi pendidikan yang bagi mereka tidak mungkin diubah.
Karenanya, Anda melihat mereka menerima gagasan-gagasan buku ini tetapi pada saat yang sama mereka tidak mau mencobanya meski cuma sekedar mencoba mengubah perilaku yang biasa mereka praktikkan dalam mendidik anak.
Apakah para orang tua dan pendidik itu menyadari bahwa agar orang lain membantu Anda,Apakah Anda mesti mengulurkan tangan terlebih dahulu kepadanya? Setiap permulaan memerlukan langkah pertama; garis finish tidak akan dilewati sebelum garis start. Nah, permulaan itu dimulai dari kita, para orang tua dan pendidik.
Penulis
Muhammad Muhammad Badri - Penulis merupakan seorang dosen dalam bidang ilmu psikologi dan parenting anak,,penulis berasal dari mesir dan menjadi seorang pengajar di salah satu universitas terbaik di kota kairo.
Daftar Isi
HD_Basmalah
Judul_Utama
Identitas
Persembahan
Kata_Pengantar_Fauzil
Kata_Pengantar_Penulis_Cet_3
Mukadimah
Daftar_Isi
Pengantar_Penulis
Bab I (H = HEAR HIM)
Bagian I: KEPIAWAIAN UNTUK DIAM
Mendengarkan Sampai Tuntas
Diam Penuh Sadar
Menyimak Aktif
Bagian II: SIHIR PUTIH
Jalur-jalur Dialog
Berdialog dengan Tenang
Seni Bertanya
Sihir Dialog
Bagian III: MENITI TALI NAN TINGGI
Bimbingan tanpa Amarah
Bagaimana Anda Memenangkan Perdebatan?
Satu Menit Cukup
Apakah Anda Mencoba Jalan yang Sulit?
Bab II (U = UNDERSTAND HIS FEELINGS)
Bagian I: MENDENGAR HATI = MENGUASAI AKAL
Pendidikan dengan Cinta
Cermin Perasaan
Komando Hati
Bagian II: AGAR CINTA TIDAK SIRNA
Apakah Anda Benar-benar Mengerti Arti Emosi?
Pahamilah Semua Kebutuhan Anak Anda
Mari kita ambil satu contoh… Amarah
Kritiklah Sikap Anak yang Keliru
Bagian III: PENGHINAAN MERUSAK KEWIBAWAAN
Menutupi Aib = Tuntunan Syariat sekaligus Hak Anak Didik
Doakanlah Kebaikan bagi Anak Anda, Jangan Doakan Keburukan!
Penghinaan Laksana Api yang Menghanguskan
Bab III (M = MOTIVATE HIS DESIRE)
Bagian I: HATI YANG HIDUP DINAMIS
Apa yang Anda Pikirkan tentang Anak Anda?
Kepiawaian Menggali Hal-hal Positif
Pendidikan yang “Lesu Darah”
Rasa Percaya Diri = Jalan menuju Kesuksesan
Bagian II: MOTIVASI DALAM KEHIDUPAN
Pujian… Kapan dan Seperti Apa?
Kritik Memang Perlu, Tetapi…
Motivasi, antara Aspek Positif dan Negatif
Bab IV (A = APPRECIATE HIS EFFORTS)
Bagian I: APRESIASI = MOTIVASI TERKUAT
Anugerah Besar
Melakukan Perubahan dari yang Kecil
Ayo Kita Singkirkan Debu-debu Kegagalan!
Bagian II: JIKA ANDA INGIN DIPATUHI
Maafkanlah
Antisipasi Kesalahan-kesalahan Kecil
Jika Anda Ingin Dipatuhi
Sebuah Kisah Simbolik
Bab V (N = NEWS HIM)
Bagian I: SEKOLAH KEHIDUPAN
Kesadaran Kolektif atas Kehidupan
Khazanah Pengalaman dan Eksperimen Orang Lain
Membentuk Pikiran Rasional
Bagian II: JADILAH PENUTUR CERITA, BUKAN TUKANG PERINTAH
Banyak Pelajaran dalam Kisah-kisah Mereka
Beberapa Prinsip dalam Bercerita
Bab VI (T = TRAIN HIM)
Bagian I: TANGGUNG JAWAB MENGEMBANGKAN KEPRIBADIAN
Memberi Anak Kebebasan = Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab
Prestasi Menumbuhkan Rasa Percaya Diri
Bagian II: LATIHAN MENUMBUHKAN KECERMATAN
Kecerdasan Mencari Alternatif
Melatih Otak Bagian Depan (Frontal Lobe)
Praktek Melahirkan Prestasi
Bagian III: MENGANDALKAN ORANG LAIN = BERKUBANG DALAM KETIDAKMAMPUAN
Katakan “Tidak!” kepada Sikap Sayang yang Berlebihan
Sebuah Cerita Simbolik
Biarkanlah Mereka Menemukan Kehidupan Sendiri
Kebebasan adalah Jalan Menuju Kesuksesan
Sebuah Cerita Simbolik
Bab VII (O = OPEN HIS EYES)
Bagian I: MENCETAK INSAN YANG SHALIH
Bebaskan Ia dari Penghambaan pada Sesama
Bimbinglah Ia Menuju Perilaku Berbudaya
Fokus pada Tujuan
Teguh pada Prinsip
Kesungguhan Demi Prinsip
Bersih dari Prasangka
Membaca dan Belajar
Membela Kebenaran
Membelanjakan Harta Sewajarnya
Pengendalian Diri
Disiplin dalam Urusan Seksual
Sabar
Shalat
Jujur
Kasih Sayang dan Rendah Hati
Lapang Dada
Menjaga Rahasia
Persiapkan Ia Menghadapi Tantangan Hidup
Akhirul Kalam
Bagian II: LEMAH LEMBUT KEPADA ANAK
Bimbingan… Memberi Pemahaman Bukan Menghakimi
Nasehat dan Bimbingan Harus dengan Kasih Sayang
Mendidik dengan Bertahap
Semua Kemarahan akan Berakhir dengan Penyesalan
Bagian III: PERBAIKAN BUKAN BERARTI HUKUMAN
Hukuman dalam Praktik Pendidikan
Dua Perbedaan Mendasar antara Sanksi dan Hukuman
Konsekuensi Alami
Mengabaikan Perbuatan Anak
Melarang Beberapa Kesenangan
Mencari Biang Keladi
Pukulan adalah Hukuman Terakhir
Bab VIII (U = UNDERSTAND HIS UNIQUENESS)
Bagian I: ANAK ANDA BUKANLAH ANDA
Ia Berpikir dengan Akal
Memaklumi Kekurangan Anak sebagai Manusia
Setiap Periode Usia Memiliki Karakter Masing-masing
Nikmatilah Kreativitas Anak
Bagian II: ANAK ADALAH SOSOK YANG UNIK
Keunikan Setiap Manusia adalah Sunnatullah
Anak-anak Kita dalam Keunikan Masing-masing
Bab IX (C = CONTACT HIM)
Bagian I: BERKOMUNIKASI DENGAN ANAK = KESENANGAN SEJATI
Luangkanlah Waktu untuk Anak
Bagian II: CANDA, SI PAYUNG PELINDUNG
Jangan Campuradukkan antara Bermain dan Berceramah
Kejenakaan Sebagai Alternatif
Senyuman Anda, Payung Pelindung
Bagian III: SIKAP KASAR MEMBATALKAN PENDIDIKAN
Terlibatlah dan Habiskanlah Waktu Bersamanya
Keluarga Berantakan dan Kenakalan Anak
Jangan Sandarkan Tangga pada Dinding yang Salah
Bab X (H = HONOUR HIM)
Bagian I: DAN SESUNGGUHNYA TELAH KAMI MULIAKAN ANAK-ANAK ADAM
Hormatilah Kemanusiaan Anak
Sentuhan Hangat dan Perhatian
Hancurkanlah Belenggunya dan Bebaskanlah Ia
Bagian II: PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN
Ketaatan Buta
Malapetaka Pendidikan Terbesar
Sebuah kisah simbolik...
Budak Tidak Melawan dan Tidak Melarikan Diri
Sebuah kisah simbolik...
Pendidikan yang Memerdekakan
Bagian III: BUDAK TIDAK MEMBUAT PERADABAN
Kecenderungan untuk Menerima Perbudakan
Di manakah cincin itu hilang?
Menjinakkan Budak
Kemerdekaan yang Hilang
Melarikan Diri untuk Merdeka
Senandung Kemerdekaan
Hingga Kita Membuat Peradaban
PENUTUP
Kutipan
Dengarkanlah Ia
Ketika Anda sedang menulis sesuatu di ruangan Anda, angin sepoi-sepoi tiba-tiba meniup kencang kertas-kertas Anda ke segala penjuru. Dengan putus asa, Anda merangkak ke tiap sudut ruangan, berusaha mengumpulkan semua kertas itu. Pada akhirnya Anda menyadari bahwa seharusnya sebelum ini terjadi Anda sisihkan 10 detik saja dari waktu Anda untuk menutup jendela.
Inilah gagasan mendengarkan dengan seksama; sesaat waktu yang Anda pergunakan untuk mendengarkan anak Anda dengan seksama bisa mencegah bertahun-tahun kesalahpahaman akibat tidak mendengarkan dengan seksama.
Bahkan, pengaruh kejiwaan dalam diri anak berkat Anda mendengarkan mereka dengan seksama tidak bisa ditandingi segala pengaruh lainnya. Konon, banyak orang memanggil dokter bukan untuk diperiksa, melainkan untuk sekadar didengarkan.
Uraian berikut ini adalah usaha untuk menggarisbawahi cara “mendengarkan dengan seksama” dalam rangka membimbing anak dan mengubah budi pekerti mereka.
99 Mendengarkan Sampai Tuntas Kegiatan mendengarkan dianggap sebagai sarana terpenting untuk menghubungkan antara orang tua dan anak. Maka, agar Anda memahami anak Anda, mestilah Anda mendengarkan mereka; benar-benar mendengarkan sampai tuntas. Sedangkan jika Anda mendengarkan sambil mempersiapkan jawaban bagi mereka, atau sambil berusaha mengatur jalannya pembicaraan, ini sama sekali tidak bisa dibilang mendengarkan.
Pengenalan kita yang “sangat” terhadap putra-putri kita ada kalanya justru menghalangi kita dari mengetahui faktor-faktor penyebab masalah mereka yang sebenarnya. Sebab, ketika kita meyakini bahwa kita mengenal mereka “luar dalam”, kita mengira bahwa kita mengetahui apa yang terbaik bagi mereka, bahkan tanpa mendengarkan mereka terlebih dahulu!