Tampilkan di aplikasi

Gig Economy: Perlukah perusahaan was-was?

Majalah Eksekutif - Edisi 457
5 Desember 2017

Majalah Eksekutif - Edisi 457

Secara demografis, millennials memiliki persentase terbesar di dunia kerja dan diprediksi mencapai 75% pada tahun 2025.

Eksekutif
Fulltime employment adalah sifat pekerjaan yang diharapkan sebagian besar lulusan perguruan tinggi. Namun, itu dulu. Saat ini, hal itu mulai terkikis arus deras Gig Economy. Istilah tersebut mungkin jarang terdengar di telinga kita. Namun, Anda pasti sudah merasakan kehadirannya. Sebut saja Uber dan GO-JEK. Keduanya pasti sudah tak asing lagi bukan?

Apa itu Gig Economy? Di dalam konteks Gig Economy , pekerjaan paruh waktu atau freelance job menjadi hal yang biasa dilakukan. Perusahaan cenderung lebih mempekerjakan tenaga kerja independen untuk jangka waktu yang pendek ketimbang menjadikannya karyawan tetap.

Fleksibilitas waktu dan efisiensi biaya menjadi alasan utama berkembangnya fenomena ini. Tren pekerja yang gonta-ganti pekerjaan selama masa produktif juga diyakini sebagai cikal bakal dari evolusi Gig Economy .

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga memberi efek yang signifikan terhadap perilaku manusia di dunia kerja, terutama pada preferensi ruang dan waktu. Jika dahulu seorang karyawan harus pergi ke kantor untuk bekerja, namun era dunia digital sekarang ini, kita bisa bekerja darimana saja dan kapan pun.

Efek ini yang dimanfaatkan oleh freelancer untuk mengembangkan karir dengan laju yang lebih cepat dari rule of thumb- nya. Bila mendengar kata Uber atau GOJEK, yang teringat adalah teknologi aplikas digital yang simple and useful. Namun, di balik aplikasi tersebut, terdapat freelance drivers yang bekerja berdasarkan kemauan dan kebutuhan pribadi.
Majalah Eksekutif di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI