Tampilkan di aplikasi

Wawancara SS "ora korupsi ora ngapusi"

Majalah Eksekutif - Edisi 460
8 Maret 2018

Majalah Eksekutif - Edisi 460

Sudah menjadi bagian hidupnya untuk terus menjadi orang yang berintegritas. / Foto : Dok. Eksekutif

Eksekutif
Pria kelahiran Brebes 53 tahun ini “marah” jika ada yang beranggapan rakyat Jateng nrimo, pasrah dengan kemiskinan. Ia tidak percaya pada anggapan masyarakat Jateng pasrah pada nasib. Sehingga percuma saja membuat program mengurangi angka kemiskinan. “Nomor satu adalah mengurangi kemiskinan sampai dengan 50 persen.

Yang kedua bagaimana menyediakan lapangan pekerjaan 5 juta jumlahnya dalam lima tahun. Yang ketiga membangun pemerintahan bersih dengan keteladanan terhadap pemimpin,” ujar penggemar pakaian batik ini. Masyarakat Jateng adalah masyarakat yang mau berubah menjadi lebih baik, lebih sejahtera.

Mantan Ketua Tim Sinkronisasi Anies-Sandi ini keliling Jawa Tengah untuk memberi edukasi, bahwa politik harus diisi orang-orang baik. Akuntan jebolan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dan Master of Business Administrations (MBA) dari The George Washington University, AS ini mengaku sebagai anak desa. Dilahirkan dari keluarga miskin, ditinggal ayah ketika usia 9 tahun, dan ibu hanya seorang buruh tani, Sudirman merasa dientaskan oleh negara.

Bisa kuliah gratis, dapat beasiswa ke luar negeri, hingga berkesempatan menduduki berbagai jabatan strategis di negeri ini, termasuk dipercaya sebagai menteri meski hanya dua tahun, bagi Sudirman adalah utang yang harus dibayar.

“Karena merasa dientaskan dan bisa mendapat kesempatan menduduki beberapa peran strategis itu saya merasa berutang kepada negara. Saya ingin membayarnya dengan pengabdian sepenuh hati, di mana pun itu, termasuk kalau dipercaya sebagai gubernur,” katanya kepada S.S Budi Rahardjo dari majalah eksekutif.
Majalah Eksekutif di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI