Pemerintahan baru Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan berhadapan dengan tantangan ekonomi yang tidak ringan, terutama dari sisi eksternal, yaitu perlambatan ekonomi global akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang diperkirakan masih akan terus berlangsung hingga tahun depan.
Karena itu, jajaran Kabinetnya, terutama para menteri bidang ekonomi diharapkan bisa bekerja lebih keras bila dibandingkan dengan periode pertama Jokowi.
Bhima Yudhistira Adhinegara, peneliti ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), mengungkapkan tantangan ekonomi yang bakal terjadi pada tahun 2020 lebih berat dibandingkan tahun ini.
Ia menyebut beberapa tantangan berat tersebut adalah ancaman resesi ekonomi global, kinerja ekspor dan investasi yang lebih rendah dan perang dagang yang terus berlanjut. “Dengan tantangan yang berat itu, kabinet harus lebih kerja keras dibandingkan periode pertama,” ujarnya Senin (28/10).
Menurutnya, ada beberapa hal yang harus menjadi fokus pemerintah, terutama di bidang ekonomi. Pertama, menjaga daya beli masyarakat. Sekarang ini dengan adanya tekanan ekonomi, kelas menengah atas cenderung untuk menunda belanja.
Sementara untuk kelas bawah memang daya belinya masih cukup baik, tetapi, menurut Bhima, rentan mengalami kemerosotan bila pemerintah menaikkan harga listrik, mencabut subsidi untuk BBM dan menaikkan iuran BPJS Kesehatan.
“Jadi, untuk pemerintah yang baru, bagaimana caranya menjaga daya beli, dalam arti, pertumbuhan konsumsi rumah tangga jangan sampai di bawah 5%,” ujarnya.
