Segmen pasar industrial
Kelimpungan pandemi Covid-19 yang masih terus menja lar tidak menyipasar alat berat di tengah sakan ruang sedikit pun bagi - para pemain untuk bernapas lega. Memasuki paruh kedua tahun ini, kondisi pasar makin lesu seiring dengan kian buruknya dampak penularan virus corona pada perekonomian Indonesia. Penjualan unitunit baru nyaris terhenti. Bisnis rental pun sepi. Para investor cenderung menunggu hingga badai ini berlalu. Entah sampai kapan.
Pasar alat berat nasional sepanjang tahun 2020 ini dipastikan turun. Awal tahun depan kondisinya diharapkan lebih baik. Artinya, ada tanda-tanda pemulihan. Harapan itu tentu dengan pengandaian kalau wabah virus corona sudah berlalu.
Kondisi pasar pada 2021 akan sangat ditentukan oleh seberapa cepat wabah Covid-19 dibersihkan dari muka bumi ini. Makin lama virus ini bercokol, maka teror yang ditebarkannya akan berlarut-larut.
Derita fisik (penyakit), juga psikis, sosial dan ekonomi yang akan kita tanggung makin lama. Sebagaimana kita rasakan saat ini, dampak ekonomi dari Covid-19 membuat tahun 2020 menjadi tahun yang terlupakan bagi kebanyakan orang di industri alat berat.
Saat virus corona tiba jelang akhir tahun lalu, wabah ini sangat mempengaruhi performa banyak industri, termasuk industri alat berat. Pandemi ini telah memaksa kita untuk mengevaluasi norma-norma yang sudah mapan dan melakukan perubahan-perubahan pada masa yang akan datang.
Bagi para produsen alat berat serta supliersuplier komponen dan suku cadang, untuk bertahan dalam situasi saat ini dan muncul lebih kuat dari sebelum krisis ini, dibutuhkan pemikiran dan strategi-strategi baru. Kecepatan dan fleksibilitas dalam mengadopsi standar-standar dan operasi-operasi baru membedakan pemenang dari pecundang. Pandemi global ini telah membuat tahun 2020 sangat menantang bagi industri yang kita tekuni ini. Tidak hanya alat-alat tambang dan konstruksi yang merasakan tekanannya, tapi juga mesin-mesin pertanian.
Semenjak pecahnya wabah virus corona di Indonesia, pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur skala besar pemerintah terhambat. Pertumbuhan industri konstruksi mengalami perlambatan (slowdown). Padahal industri ini diharapkan menjadi salah satu penggerak utama perekonomian Indonesia karena investasi besar-besaran dari pemerintah. Meski pemerintah berkomitmen untuk terus menggenjot pembangunan infrastruktur, penularan Covid-19 yang belum terkendali membuat banyak proyek tidak dapat digarap maksimal karena adanya protokol kesehatan, seperti keharusan menjaga jarak antar pekerja. Oleh karena itu, masih sulit diprediksi apakah pasar alat berat akan menunjukkan tanda-tanda penguatan pada awal tahun depan.
Mengantisipasi kondisi pasar yang cenderung memburuk, beberapa pemain alat berat nasional, untuk dapat bertahan, mengalihkan perhatian mereka ke pasar-pasar yang kurang terdampak oleh Covid-19. Mereka melakukan diversifikasi usaha ke bisnis-bisnis yang memungkinkan mereka bisa bertahan di tengah prospek pendapatan yang turun. Mereka menyasar sektor logistik, penyewaan hingga jasa servis.
PT Kobexindo Tractors Tbk, misalnya, menggenjot penjualan forklift (Doosan) ke sektor logistik dan manufaktur. Pasarnya dinilai masih terbuka. Selain itu, distributor mesin-mesin tambang merk Doosan ini terus meningkatkan pendapatan dari jasa penyewaan alat berat, perbaikan, dan penjualan suku cadang. Beberapa yang lain menyasar segmen pasar industrial dengan memasarkan beragam produk dari pompa, kompresor hingga forklift. Segmen ini biasanya mengikuti tren-tren ekonomi umum dan industri peralatan konstruksi, tentu dengan beberapa pengecualian kecil.
Yang menjadi penggerak utama segmen industrial biasanya peralatan konstruksi kecil, aplikasiaplikasi material handling dan forklift. Permintaan untuk jenis-jenis alat tersebut masih cukup kuat dibandingkan mesin-mesin besar. Namun, apakah pasar mesin-mesin kecil ini cukup kuat menanggung beban perusahaan di tengah kondisi krisis yang belum ketahuan ujungnya ini?