Alat berat lokal versus impor
Pertarungan antara alat-alat berat produksi dalam negeri dengan produkproduk impor bukan cerita baru. Majalah Equipment Indonesia sudah berulang-ulang membahasnya. Persoalan dasarnya tidak bergeser, yaitu rendahnya komitmen dari pemerintah untuk menegakkan regulasi yang sudah ada.
Pemerintah terkesan setengah hati dalam menegakkan aturan main di industri yang padat modal ini. Bahkan pemerintah terkesan lebih memihak pada kepentingan produk-produk impor dibandingkan mesin-mesin konstruksi buatan dalam negeri. Adalah Ketua HINABI, Jamalludin, yang terus mendesak pemerintah untuk mendukung pertumbuhan industri manufaktur alat berat nasional.
Saat ini TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) industri tersebut sudah di atas 40 persen. Namun, para pemain di industri ini masih kalah bersaing dengan mesin-mesin dari luar karena pengaturan import duty yang lebih memihak kepada barang-barang impor. Sebagaimana diketahui, alat-alat impor saat ini masuk ke Indonesia dengan import duty rendah, sementara komponen- komponen impor yang digunakan oleh industri alat berat dalam negeri dikenakan bea masuk tinggi.
Bagaimana mungkin mesinmesin buatan dalam negeri bisa berjaya di negerinya sendiri dalam kondisi seperti ini? Itu sebabnya, menurut HINABI, satu-satunya cara untuk menjaga pertumbuhan industri alat berat dalam negeri dalam berhadapan dengan pemain-pemain asing adalah pengaturan import duty. Bukan tanpa alasan HINABI semakin gerah dengan kebijakan pemerintah tersebut.
Secara kapasitas, industri alat berat dalam negeri sudah mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Indonesia memiliki fasilitas-fasilitas produksi paling lengkap dan paling maju di Asia Tenggara saat ini. Lokasi-lokasi berbagai fasilitas produksi pun dekat dengan pasar karena Indonesia memiliki tambang-tambang besar, proyek-proyek infrastruktur skala besar serta industri agrikultur yang sedang tumbuh pesat.
Dari segi demand posisinya masih di bawah kapasitas produksi yang dimiliki. Kapasitas produksi masih tersedia dan akan bertambah seiring dengan meningkatnya kebutuhan pasar. Namun, industri ini harus bersaing dengan produk-produk impor yang jumlahnya makin tidak terkendali. Menurut HINABI, banjir produk-produk impor memicu excess capacity dan ini risiko yang sedang dihadapi.
Nah, satu-satunya cara untuk menjaga pertumbuhan industri alat berat dalam negeri dalam berhadapan dengan pemain-pemain asing adalah adalah pengaturan import duty plus komitmen pemerintah untuk berpihak pada pertumbuhan industri alat berat nasional. Saat ini merupakan momen yang tepat untuk melakukan hal itu karena pemerintah sedang menggaungkan kampanye ‘benci produk asing’.