Mengantisipasi dampak jangka panjang Covid-19
Anak-anak negeri ini sudah genap satu tahun terkungkung di bawah pandemi Covid-19. Perubahan demi perubahan terus terjadi sebagai dampak dari krisis kesehatan global yang berlarut-larut itu. Banyak kebiasaan masa lalu yang secara perlahan- lahan tinggal kenangan. Orang-orang yang dulunya keluar pagi-pagi dari rumah untuk bekerja di kantor, kini mereka lebih banyak bekerja dari rumah.
Banyak kegiatan meeting, seminar dan sejenisnya tidak lagi dilakukan secara berhadapan muka secara fisik, tetapi secara online. Bahkan penawaran produk pun dilakukan lewat media online, demikian juga kegiatan service. Perubahan lain yang dipicu oleh pandemi Covid-19 ini berkaitan dengan ketersediaan mesin-mesin konstruksi.
Sejak akhir tahun lalu terjadi krisis stok alat berat baru di Indonesia, khususnya excavator kelas medium (20-30 ton). Hampir semua distributor kehabisan stok saat ini. Repotnya lagi, mereka belum mendapat kepastian bilamana pihak pabrikan dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhan mereka selama Covid-19 terus berkecamuk.
Excavator kelas 20 ton merupakan mesin primadona karena aplikasinya yang multifungsi dan lintas sektoral. Menurut data HINABI, permintaan alat paling banyak, kalau merujuk pada tren belanja alat berat pemerintah pada tahun 2021 ini, 60% untuk medium hydraulic excavator (mayoritas kelas 20 ton). Itu sebabnya krisis ketersediaan excavator kelas 20 ton akan sangat mengganggu kelancaran pembangunan nasional dan pekerjaanpekerjaan di sektor lainnya.
Persoalan tersebut sesungguhnya merupakan buntut dari gangguan rantai pasok yang dialami industri manufaktur alat berat selama pandemi ini. Para vendor tidak dapat menyuplai berbagai parts dan komponen secara tepat waktu sehingga mengakibatkan produksi mesin terhambat.
Ditambahkan lagi oleh penerapan protokol kesehatan ketat yang di tempat kerja, termasuk di pabrik-pabrik alat berat, yang menyebabkan kegiatan produksi tidak bisa dilakukan sebagaimana biasanya. Akibatnya, volume produksi dipangkas, dan bahkan beberapa produsen terpaksa menutup fasilitas produksi mereka.
Krisis ketersediaan excavator ukuran medium tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi terjadi di banyak negara lainnya, termasuk di negara-negara yang dikenal sebagai produsen barang-barang modal itu. Namun, persoalan ini jangan sampai dibiarkan bertele- tele. Kondisi ini, kalau penanganannya berlarut-larut, akan mengganggu kelancaran kegiatan operasional di sektor-sektor yang sangat mengandalkan penggunaan barangbarang modal tersebut, seperti pembangunan infrastruktur, agrikultur, forestry hingga pertambangan.
Pemerintah bersama asosiasi-asosiasi terkait, terutama HINABI (Himpunan Industri Alat Besar Indonesia) dan PAABI (Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia) perlu duduk bersama untuk mengantisipasi dampak jangka panjang dari pandemi Covid-19 terhadap industri yang padat modal ini.