Tenang, Harga Batubara Masih Bagus Tahun 2020
Dominasi alat-alat tambang di industri alat berat Indonesia tidak terelakkan selama batubara dan komoditas tambang lain seperti nikel sedang menjadi primadona seperti yang terjadi saat ini. Meski tekanan global untuk mengurangi, dan bahkan menghentikan sama sekali penggunaan batubara sebagai sumber energi semakin kuat akhir-akhir ini, harganya yang cenderung bergerak positif hingga kini menggoda para pemain alat untuk makin fokus memasarkan mesin-mesin tambang. Namun, apakah investasi peralatan tambang masih menjanjikan dalam kondisi industri tambang batubara yang semakin tertekan itu?
Masa depan industri batubara di Indonesia memang masih mengambang. Di satu sisi, sebagai salah satu sumber kekayaan alam yang memiliki kontribusi signifikan dalam menggerakkan roda perekonomian nasional, aktivitas penambangan batubara masih diperlukan, apalagi ketika harganya semakin menggiurkan. Tetapi, di sisi lain, dampak destruktif penggunaan batubara terhadap kelestarian kehidupan di bumi ini tidak bisa dianggap sepele lagi. Perubahan iklim ekstrim yang melanda berbagai belahan dunia menjadi tanda-tanda jelas untuk segera mengambil sikap.
Saat sekarang ini boleh disebut sebagai masa transisi. Tidak semua negara, termasuk Indonesia, siap untuk segera meninggalkan batubara. Butuh persiapan untuk benar-benar beralih dari energi batubara ke sumber energi lain yang lebih ramah lingkungan (Energi Baru dan Terbarukan/EBT). Batubara menjadi pilihan hingga saat ini karena persediaannya melimpah di dalam negeri. Selain itu, terdapat beberapa PLTU batubara swasta yang kontraknya dengan pemerintah baru akan berakhir pada 2056, sebagaimana dikatakan Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo (Detik.com, 13/12).
Namun, sumber energi yang murah ini menimbulkan isu lingkungan karena kotor, sehingga tidak bisa dipertahankan lebih lama. Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, PLN berencana untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batubara pada tahun 2026, khususnya PLTU yang dimiliki langsung oleh PLN. Mencermati rencana PLN tersebut dan kebutuhan batubara di pasar-pasar ekspor, investasi peralatan berat untuk industri pertambangan jelas masih menggiurkan dalam beberapa tahun ke depan, menurut beberapa analis pasar.
Mereka mengatakan, investasi di bisnis alat berat masih menarik dalam jangka menengah karena meningkatnya kebutuhan batubara untuk sektor industri dan listrik. Diperkirakan, tahun 2022 fokus industri masih pada sektor pertambangan karena harga batubara dan nikel yang masih tinggi. Optimisme serupa dilontarkan oleh Dwi Swasono, Sales Director PT Hexindo Adiperkasa Tbk.
Menurutnya, investasi peralatan tambang menjanjikan selama harga batubara dan komoditaskomoditas tambang lainnya masih bagus. Senada dengan itu, Sara Kristi Loebis, Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk meyakini investasi di bisnis alat berat di Tanah Air masih menjanjikan, meski tekanan masyarakat global kian menguat terhadap penggunaan EBT. Kebutuhan alat berat untuk tahun 2022 masih positif, yang didukung oleh harga komoditas yang baik.