Memanfaatkan Momentum Lonjakan Harga Batubara
Industri tambang batubara mestinya menjadi bonanza alias sumber keuntungan bagi suplier-suplier peralatan berat di Indonesia pada tahun ini. Harga batubara yang melonjak pada kuartal pertama tahun 2022 ini tentu saja menjadi momentum bagi mereka untuk menggenjot penjualan peralatan. Sebab, perusahaanperusahaan tambang akan cenderung semakin terpacu untuk meningkatkan produksi mereka demi meraih untung yang makin besar. Peningkatan produktivitas tidak mungkin tanpa mengandalkan investasi peralatan berat.
Awal Maret 2022, harga batubara mencapai titik tertinggi baru dalam sejarah, yaitu US$430 per metrik ton pada perdagangan Senin (07/3/2022). Sebelumnya, rekor tertinggi harga batubara sebesar US$400 per metrik ton dan US$280 per metrik ton dicapai masing-masing pada 02 Maret 2022 dan 05 Oktober 2021. Lonjakan harga “emas hitam” itu, menurut laporan Tradingeconomics, terkait dengan sanksi-sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat dan Amerika Serikat kepada Rusia di tengah kian gencarnya invasi Rusia ke Ukraina. Serangan itu memicu krisis energi internasional dan memperburuk kekhawatiran atas pasokan komoditas.
Kita tentu saja tidak mengharapkan perang itu berlangsung berlarutlarut, namun yang menjadi tantangan bagi pelaku-pelaku industri tambang dan pemain-pemain bisnis alat berat di Indonesia adalah bagaimana memanfaatkan kesempatan yang ada secara optimal. PT Hexindo Adiperkasa Tbk, misalnya, untuk mendukung peningkatan produksi batubara di Tanah Air, memperkenalkan hydraulic excavator ultra-besar Hitachi, EX2000-7.
Excavator kelas 200 ton ini dirancang khusus untuk operasi-operasi tambang di Indonesia, di mana produktivitas dan efisiensi bahan bakar sangat penting. EX2000-7 memiliki desain yang inovatif, dan dilengkapi dengan regenerative hydraulics dengan kontrol yang intuitif yang berdampak terhadap pembakaran bahan bakar yang lebih sedikit, produktivitas yang konsisten dan andal, ditambah fitur-fitur keselamatan dan kenyamanan operator yang semakin baik.
Kondisi bisnis barang-barang modal itu saat ini memang belum benar-benar pulih karena masih terimbas oleh pandemi Covid-19. Rantai pasok berbagai suku cadang dan komponen masih tersendat sehingga menghambat kelancaran produksi unit-unit alat berat. Mesin-mesin yang sudah keluar dari jalur produksi pun belum bisa sampai dengan cepat di tangan para customer karena problem logistik dan delivery yang juga sedang mengalami disrupsi. Alhasil, sejak proses produksi hingga pengiriman semuanya mengalami delay. Namun, seiring dengan semakin terkendalinya ancaman pandemi itu, diharapkan kondisi bisnis alat-alat berat kembali membaik, sehingga kebutuhankebutuhan alat perusahaan-perusahaan tambang dapat terpenuhi dengan cepat.