Atasi Segera Kelangkaan Ban Off The Road
Ban hanya salah satu komponen pada mesin-mesin tambang seperti kendaraan off the road (OTR). Tetapi tanpa roda, tidak ada dump truck, rigid truck, articulated dump truk (ADT) dan alat-alat lain yang mengandalkan ban untuk berjalan yang dapat beroperasi. Semua alat berat seperti motor grader, wheel loader, wheel excavator akan lumpuh tanpa ban.
Jika alat-alat berat tidak bisa bergerak, siapa yang akan mengangkut material-material tambang seperti batubara, nikel dan sebagainya? Krisis ban OTR memiliki efek berantai yang akan menjalar ke bisnis-bisnis terkait. Misalnya, operasi mesin-mesin pembangkit yang menggunakan batubara pada gilirannya akan terganggu. Urusan ekspor batubara juga terbengkelai. Akhirnya, operasi tambang akan stop bila tidak ada lagi yang membeli komoditas tambang itu.
Menyadari gawatnya krisis ketersediaan ban-ban tambang, beberapa asosiasi yang terkait dengan bisnis pertambangan, yaitu ASPINDO, APBI dan PERTAABI mendesak pemerintah untuk segera membuka keran impor ban off the road. Menurut mereka, dibutuhkan langkah cepat dari pemerintah demi kelancaran produksi batubara nasional. Ketiga asosiasi itu menilai, kondisi krisis ban tambang yang terjadi saat ini bertentangan dengan upaya pemerintah dalam mendorong peningkatan produksi batubara pada 2023 ini.
Tidak mudah memang untuk mensuplai ban-ban tambang dalam tempo cepat mengingat produk-produk ban yang biasa digunakan dalam operasi tambang adalah jenis radial. Repotnya, sampai dengan saat ini belum ada pabrik di Indonesia yang memproduksi ban off the road radial. Sementara proses ijin impor ban tidak semudah membalikkan telapak tangan. Itu sebabnya, ketiga asosiasi itu sangat berharap ke depan ban-ban jenis radial dapat diproduksi di Indonesia dengan kualitas yang memadai guna meminimalkan dampak ekonomi yang timbul jika terjadi keterbatasan pasokan ban.
Sejauh ini belum diketahui respon pemerintah menyikapi krisis ban-ban tambang tersebut. Yang pasti, semua pihak yang berurusan dengan bisnis tambang sangat berharap agar pemerintah melakukan tindakan penyelamatan segera demi kepentingan industri pertambangan nasional. Jangan menunggu sampai industri tambang tidak berdaya baru beraksi karena butuh waktu cepat dan biaya tinggi untuk pemulihannya.
International Construction, salah satu anak usaha dari perusahaan media alat berat global, KHL Group, sudah merilis Yellow Table terbaru, yakni sebuah peringkat tahunan yang memuat daftar 50 produsen alat berat terkemuka dunia berdasarkan angka penjualan.
Dalam daftar terbaru ini, banyak produsen mengalami pergeseran posisi. Namun tidak sedikit pula yang masih bertengger di posisi yang sama. Posisi Tiga Besar (Top 3), misalnya, masih dikuasai oleh wajah-wajah lama, bahkan selama tiga tahun berturut-turut yakni Caterpillar, Komatsu dan XCMG.
Sementara urutan di Top Ten mengalami sedikit perubahaan. Apalagi Yellow Table 2022 meluncur setelah industri alat berat terimbas oleh pandemi Covid-19 dan berbagai persoalan lain yang mendera industri barang-barang modal ini dalam beberapa tahun belakangan.
Performa penjualan beberapa perusahaan mengalami fluktuasi. Kami menyajikan beragam informasi menarik lain. Di antaranya, PT Wahana Inti Selaras (WISEL) yang sudah ditunjuk menjadi agen John Deere Power System. Perusahaan ini menyediakan apapun kebutuhan power system Anda.
Sementara PT Dayasakti Mitra Mandiri menawarkan empat model wheel loader XGMA yang popular di pasar Indonesia: XG918N, XG935N, XG955N, dan XG935N. Jadi, apapun kebutuhan aplikasi Anda, Dayasakti siap mendukung Anda dengan menawarkan wheel laoder yang sesuai kebutuhan.
Jika Anda sedang bingung memilih forklift yang tepat untuk kebutuhan Anda, atau kalau ingin menjadi dealer forklift peralatan akses, PT LiuGong Machinery Indonesia siap membantu Anda dengan menawarkan Liu- Gong Forklift. PT Berca Mandiri Perkasa, PT Airindo Sakti dan PT Traktor Nusantara juga menawarkan produk-produk serupa dengan brand-brand yang berbeda. Selamat membaca!