Alat Berat Elektrik Butuh Insentif dari Pemerintah
Salah satu isu penting yang menjadi sorotan dalam acara Dealer Summit yang diselenggarakan Majalah Equipment Indonesia pada acara Mining Expo 2023 baru-baru ini adalah ketidaksiapan kita menyambut era elektriikasi di industri alat berat. Ketika para produsen dan distributor-distributor mereka sudah mulai memperkenalkan mesin-mesin listrik, pasar barang- barang modal itu di Tanah Air kelihatan adem ayem saja alias belum berbuat apa-apa.
Saat ini memang belum banyak pabrikan yang memproduksi secara komersial. Kebanyakan masih dalam bentuk prototipe. Namun, pasar bisa berubah cepat karena berbagai faktor. Jangan sampai kita tergegap-gegap ketika permintaan semakin meningkat. Adapun pabrikan yang sudah memproduksi peralatan elektrik secara komersial adalah Volvo Construction Equipment, yang dipasarkan melalui PT Indotruck Utama selaku agennya.
Sementara PT United Tractors Tbk sudah memperkenalkan New 20 Ton Class Electric Excavator Komatsu pada pameran Mining Indonesia 2023. Namun, produk anyar ini masih dalam bentuk prototipe. Tidak ketinggalan, banyak pabrikan China juga semakin gencar mengembangkan mesin-mesin bertenaga listrik. Bahkan beberapa di antaranya sudah hadir di Indonesia.
Pengembangan alat berat elektrik bukan untuk gaya-gayaan atau pamer teknologi melainkan sebagai salah satu upaya untuk menekan kerusakan lingkungan hidup karena dampak gas rumah kaca yang disemburkan oleh mesin-mesin diesel. Pemerintah Indonesia sudah berkomitmen untuk mewujudkan Net Zero Emission (NZE) yang ditargetkan tercapai pada 2060. Nol emisi karbon itu untuk mengatasi risiko perubahan iklim di masa depan, yang antara lain disebabkan oleh tingginya kadar emisi gas buang dari kendaraan bermotor dan industri.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa konsentrasi gas rumah kaca (GRK) pada atmosfer bumi telah meningkat melampaui konsentrasi alamiahnya sehingga membuat udara di bumi semakin panas dan memicu perubahan iklim global. Apa yang dilakukan oleh Volvo CE dan para pengembang mesin-mesin elektrik lainnya merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan industri alat berat yang ramah lingkungan. Tekad untuk menciptakan net zero emission sudah ditetapkan berbagai pemerintahan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dengan demikian, upaya untuk melakukan transisi energi bukan lagi sebuah konsep yang abstrak dan sulit dipahami tetapi sudah menjadi langkah nyata.
Introduksi alat berat elektrik di pasar Indonesia patut didukung. Namun, perjalanan yang harus ditempuh oleh produk- produk ramah lingkungan itu kelihatannya masih panjang. Indonesia masih menghadapi banyak tantangan dalam mewujudkan Net Zero Emission, seperti dikatakan Ketua PAABI, Etot Listyono, di acara Dealer Summit itu. Menurutnya, perlu dilakukan studi kelayakan tentang produk-produk elektrik, mulai dari teknologi dan aplikasi baterai, hingga infra struktur baik tempat pengisian daya maupun manajemen sampahnya. Hal lain yang masih perlu dipikirkan adalah bagaimana model bisnisnya, baik unit-unit itu sendiri maupun suku cadang atau aspek after sale services lainnya.
Direktur PERTAABI, Rochman Alamsjah, menambahkan, selain menyediakan infrastruktur, pekerjaan rumah lain yang harus dilakukan pemerintah adalah menjaga sinkronisasi berbagai regulasi yang ada. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah perlunya pemberian insentif yang menarik bagi para pelaku industri alat berat yang mengembangkan mesin-mesin bertenaga listrik agar harganya makin kompetitif. Tanpa dukungan dari pemerintah, butuh waktu lama bagi industri alat berat elektrik untuk tumbuh karena harganya akan sulit bersaing dengan mesin-mesin diesel yang harganya jauh lebih murah. *