Tampilkan di aplikasi

Sinjai di antara dua bahasa

Majalah Hai - Edisi 05
11 Mei 2017

Majalah Hai - Edisi 05

Sepulang sekolah, warga SMKN 1 Sinjai biasanya menghabiskan waktu mereka dengan bermain basket di lapangan. Kabarnya, banyak dari mereka yang merupakan anak kost-an, sehingga sekolah jadi tempat mereka mengisi waktu luang. / Foto : Jeanett Verica

Hai
Perjalanan ini saya awali dengan berangkat ke Makassar dulu Selasa subuh, tepatnya jam 5.30 pagi dari Bandara Internasional Soekarno- Hatta. Dari Jakarta, saya pergi bareng mas Yudhan, salah seorang staff Pusat Data dan Statistik Pendidikan dari Kemdikbud RI yang tadi saya sebut. Sekitar jam 9 WITA, saya akhirnya mendarat juga di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.

Tapi rute saya belom kelar di sini. Soalnya, perjalanan ke Sinjai masih jauh, bro-bro sekalian! Berhubung kami berdua belom ada yang pernah ke Sinjai, dan nggak dibekalin apapun dari Makassar, akhirnya kami kudu nanya sanasini dan nyari tau sendiri soal transportasi ke Sinjai. Untungnya aja, ada yang mau ngasih tau.

Jadi gini, pertama-tama kami harus naik Damri atau taksi dulu menuju terminal Daya, dan setelahnya, menumpang “angkot” berupa mobil pribadi yang jadi transportasi buat ke Sinjai. Angkot ke Sinjai nggak selalu ada, jadi kami mesti nunggu dulu sekitar 1 jam. Lantas, 4-6 jam perjalanan buat ke Sinjai? Berangkat!!! Setelah tidur-bangun-tidur-bangun di sepanjang perjalanan berkelok-kelok yang dikelilingi pemandangan bukit, sawah, dan rumah panggung kayu khas masyarakat Bugis, sekitar jam 5 sore, nyampe juga kami di Sinjai.
Majalah Hai di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI