Sebulan penuh puasa, sebulan lebih liburan, sekarang waktunya kembali ke “dunia nyata”. Bukan berarti yang sebulan kemarin nggak nyata, lho. Tapi namanya puasa biasanya banyak perkecualian (coba aja tanya sama teman yang ngejalanin puasa!). Dan lazimnya, liburan itu udah kayak mimpi aja kalau memang diisi dengan kegiatan yang benar-benar seru, menyenangkan dan berguna.

Kalau kata ustadz, puasa itu kan menyucikan diri. Dan begitu sampai di Idul Fitri, konon, yang menjalankan dan merayakannya dengan benar, itu ibarat bayi yang baru lahir. Bersih. Dengan kata lain, dengan puasa ini, umat yang menjalankannya, diharapkan untuk sepenuhnya berubah. Minimal nggak mengulangi lagi kesalahan-kesalahan yang dibuat sebelum menjalani puasa sepanjang Ramadhan kemarin. (Iyalah, percuma aja toh kalau sudah suci lagi, tapi dikotori lagi sama kesalahan yang itu-itu juga?).

Begitu juga liburan. Seperti sempat ditulis di masa-masa jelang liburan dulu, salah satu ungsi liburan adalah recharging, baik pikiran maupun fisik. Lepas dari rutinitas, dengan liburan, diharapkan kita bisa lebih fresh ketika harus kembali lagi ke rutinitas sehari-hari. Fresh maksudnya ya nggak bête, baper atau apalah saat harus ngadepin tantangan baru nanti. Fresh maksudnya juga kembali dengan ide-ide atau gairah yang sempet redup saat sebelum liburan. Bukannya ngulang bête atau baper lagi.

Soalnya, percuma aja dikasih liburan atau diwajibkan puasa kalau nggak ada perubahan yang berarti di sisi perilaku sehari-hari. Karena, yang hari-harian itulah yang konon, jauh lebih penting dan lebih nyata. Ya kan?