Sesuatu yang jadi rutinitas atau keseharian biasanya cenderung dipandang remeh, sebelah mata, atau istilah Jawanya, taken for granted. Misalnya, soal kebiasaan makan minum, berbicara atau bersikap terhadap orang lain, serta kebiasaan-kebiasaan lainnya. Ya. Membiasakan diri terhadap sesuatu itu emang harus. Apalagi sebagai makhluk hidup, kita punya kemampuan beradaptasi terhadap apapun. Sehingga harusnya nggak ada alasan buat bilang nggak bisa sebelum mencoba.
Tapi, di sisi lain, kebiasaan yang menahun selalu berpotensi untuk membuat kita semacam blank. Semua kita anggap sama. Nggak peka, apalagi mau berpikir lebih jauh. Paling gampang, soal kebiasaan melawan arus di jalan raya atau nggak pake helm saat sedang berkendara. Awalnya mungkin nggak sengaja. Tapi lama- lama terbiasa. Dan begitu terbiasa, seolah-olah perilaku itulah yang benar. Nggak mikir kalau itu bisa membahayakan orang lain, bahkan diri sendiri. Ya kan?
Begitu juga soal rasa nasionalisme. Buat kita, yang sebagian besar lahir, besar, dan hidup di negeri ini, mungkin istilah ini jadi nggak punya makna mendalam. Ngaku aja deh. Kata itu biasanya ditemui dalam teks di buku pelajaran, diomongin oleh penggede-penggede sebagai slogan, dan muncul sekali setahun menjelang Agustusan. Tapi, nggak sampai baper alias kebawa perasaan. Apalagi dengan segala riuh rendah masalah yang kayak gelombang, selalu datang menghantam bangsa ini. Kebal. Mati rasa. Jalanin saja . Kalau bisa malah pindah negara.
Tapi, lain cerita dengan beberapa teman yang karena satu dan lain pertimbangan terpaksa tinggal di luar negeri hingga bertahun- tahun lamanya. Justru karena mereka nggak ada di sini, dan melihat semua persoalan dari luar, rasa nasionalisme beberapa dari mereka gampang sekali tersulut. Begitu juga dengan beberapa rekan ekspat yang lama tinggal di sini. Nggak jarang mereka justru lebih ng-Indonesia ketimbang orang-orang kita.
Saya nggak bermaksud nguliahin lebih panjang soal nasionalisme. Apalagi menjustifikasi seperti apa nasionalisme yang baik dan benar. Tiap orang berhak, kok, punya pemahaman soal itu. Yang saya pahami, sih, nasionalisme itu lebih dari sekedar menghafal lagu kebangsaan dan atribut-atribut nasional lain. It’s about doing something for this nation.