Lahir, tumbuh dan berkembang di Indonesia, sadar atau nggak – suka atau nggak, otomatis membuat kita sangat terekspos dengan budaya yang juga berkembang di masyarakat Indonesia. Salah satunya kepercayaan yang sedemikian kental akan adanya “dunia lain”. Berbeda dengan teman-teman yang lahir di luar Indonesia, yang nggak terbiasa dengan mitos seputar keberadaan makhluk halus, sedari kecil kebanyakan kita justru “akrab” dengan hal-hal kayak gitu.
Adalah tingkat keberanian individu yang kemudian mempengaruhi penyikapan masing-masing kita terhadap fenomena itu. Ada yang jadinya cuek karena memang dasarnya berani memutuskan untuk nggak percaya selama belum melihat atau mengalami sendiri berurusan dengan makhluk-makhluk macam itu. Ada pula yang karena dikuasai sama rasa takut, jadi parno tiap kali mendengar cerita atau harus melewati beberapa tempat yang konon dihuni makhluk begituan. Yang jelas, sebagian besar kita, baik yang berani maupun takut, rata-rata berbagi rasa penasaran yang sama tingginya terhadap urusan begituan.
Buktinya? Film-film horror dengan semua turunannya, atau acaraacara TV soal penjelajahan dunia lain, selalu saja diminati. Yang bikin kita milih untuk nggak nonton, sekarang ini lebih pada faktor teknis atau jalan ceritanya. Realistis atau nggak, special effect-nya keren atau bapuk, pemerannya cakep atau jelek, gitu-gitunya. Bukan lagi masalah, masuk akal atau nggaknya fenomena hantu-hantuan itu tadi. Ya kan? Bahkan dari obrolan dengan beberapa teman pengelola beberapa stasiun radio, acara talkshow soal hantu-hantuan kini sedang kembali diminati oleh audiens mereka.
Is it bad or good? Tergantung cara kita melihat dan menyikapinya. Kalau jadi selalu kegaib-gaiban apalagi parno ya jelas nggak asik. Buat jadi nggak sepenuhnya percaya pun rasanya kurang bijak, karena ya itu tadi, ibaratnya it has already in our blood. Jadi? IMHO, terima saja dengan santai . Nggak usah jadi serba lebay. Gitu kali ya?