Waktu masih sekolah dulu, ada satu ekskul yang paling saya hindari. Namanya Pramuka. Soalnya, di mata saya waktu itu, kegiatannya nggak menarik karena kayaknya serba nanggung. Dibilang pencinta alam, kurang pas karena kegiatannya sebatas kemping atau jambore. Disebut paskib, juga nggak bisa. Soalnya biarpun ada baris berbaris, tapi nggak sespartan paskib dan nggak ikut ke kompetisi paskib. Nyanyi-nyanyinya ada, tapi ya sebatas grup vokal pengiring api unggun belaka. Nggak kayak padus yang kalau sudah jago bisa manggung di mana-mana. Sudah begitu, semua kegiatannya musti pakai seragam lengkap dengan aksesoris ala-ala. Nggak seperti basket atau bisbol yang latihannya bisa pakai baju suka-suka.
Toh, bagaimanapun saya berusaha, tetap saja ekskul itu nggak bisa dihindari. Pasalnya, Pramuka saat itu adalah ekskul yang wajib diikuti oleh setiap murid di sekolah saya. Ekskul lainnya baru boleh diikuti jika seorang siswa ikut Pramuka. Doh.
Begitulah. Cukup lama juga saya bersinggungan dengan ekskul ini. Walau awalnya terpaksa, lama-lama saya bisa keep up dengan segala kegiatannya. Nggak bisa dibilang mahir dan menikmati banget sih. Tapi ya boleh lah nilainya menambah kredit nilai saya di rapor. Selempang tempat tanda kecakapan khusus – semacam patches untuk menunjukkan keahlian yang sudah kita kuasai dari semua pelatihan yang ada di kepramukaan, macam tali temali, memasak, membangun tenda, mengambil tindakan P3K, dan sebagainya – milik saya nggak kosong-kosong amat. Tapi nggak penuh banget juga.
Satu hal yang saya pahami jauh di kemudian hari, di luar segala imej nggak cool dan keserba-tanggungannya ekskul ini mengajarkan saya buat jadi manusia yang peka sama lingkungan, dan siap buat menghadapi kondisi berbagai macam kondisi. Paling tidak, ketika harus menghadapi kondisi tertentu dengan modal yang sudah diberikan di situ, saya mengerti bagaimana harus bersikap. Termasuk yang berkaitan dengan kegiatan bela negara. Makanya ketika ada usulan mengenai kewajiban pelatihan bela negara, saya jadi bertanya-tanya, kenapa nggak mulai saja dari kepramukaan lagi, ya?