Membangun sesuatu itu nggak gampang. Dari banyak contoh yang sudah terjadi, usaha seperti ini butuh ketekunan, dan daya tahan yang tinggi. Baik emosional maupun fisik. Juga tentu pengorbanan yang bisa saja nggak kecil. Ketika sudah berhasil terbangun, sebenarnya cerita belum selesai. Nggak kayak di film-film atau novel yang biasanya happy ending dengan keberhasilan jerih payah sang lakon di akhir cerita, usaha buat mempertahankan sesuatu yang sudah berhasil dibangun itu juga butuh perjuangan tersendiri . Yang lagi-lagi nggak sepenuhnya mudah. Apalagi kalau ternyata “bangunan” yang harus dipertahankan itu adalah bagian dari sejarah panjang, dan sempat begitu dipuja puji di masanya.
Contoh yang paling mudah adalah gelaran Rock In Celebes (RIC). Saat awal diinisiasi oleh Ardy Chambers cs., gelaran ini menuai pujian karena dinilai sebagai sebuah langkah berani: memboyong musisi-musisi rock nasional dan internasional ke Makassar sekaligus membuat sebuah festival musik dan kultur pop berskala nasional yang bisa jadi kebanggaan saudara-saudara kita di Sulawesi. Yang kemudian nggak banyak diekspos adalah gimana jungkir baliknya juragan distro ini buat mempertahankan kelangsungan festival ini supaya tetap ada tiap tahun. Mulai dari bongkar pasang konsep, cari partner, mikirin budget, dan sebagainya. Sehingga ketika tahun ini RIC terbilang kembali sukses melebarkan sayap dengan konsep turing di kota-kota lain di Sulawesi di samping Makassar, itu adalah bagian dari sebuah proses yang panjang dan nggak mudah.
Yang juga bisa dijadiin contoh adalah usaha pol-polan Oom George Lucas untuk mempertahankan franchise legendaries kreasinya, Star Wars (SW). Ibarat kata, SW adalah raksasa yang tidur. Besar, tapi saking besarnya, para kreator orisinilnya sudah nggak punya bayangan mau atau bisa diapain lagi biar semakin besar atau setidaknya bertahan dengan kebesarannya. Jadilah dia tertidur sekian lama. Sampai akhirnya Oom Lucas mutusin untuk berkolaborasi dengan raksasa lain, Disney, dan sejumlah talenta baru yang potensial macam JJ Abrams buat membangunkan dan nerusin kebesaran saga berbau sci-fi ini. Dicela? Pastinya. Dinyinyirin? Jangan tanya. Tapi itu adalah pengorbanan seorang kreator bagi kreasinya. Toh, walaupun belum kita lihat film penuhnya, sepertinya pengorbanan itu membuahkan hasil. Demam SW mulai terasa lagi bahkan sejak dua tahun sebelum filmnya rilis. Kita pun yang mungkin dulunya nggak kenal dengan saga ini, jadi sedikit banyak bertanya-tanya dan mulai mencari tahu soalnya. Ya nggak?