Ada satu masa di mana ledekan “Dasar artis!”, “Ciyeee mentang-mentang artis!” atau “Sok artis lo!” sering dialamatkan buat orang-orang yang seperti “hobi” tampil (segitu seringnya, sampai seperti orang sakaw) di muka publik. Baik langsung, maupun via TV dan medium lainnya. Ledekan macam itu juga biasanya muncul buat orang-orang yang ribet alias susah dihubungi atau ditemui. Bisa juga muncul buat orang yang hobi dandan berlebihan juga para show-stealer di tiap tongkrongan atau pesta. Intinya, di masamasa itu kata “artis” konotasinya jadi negatif, nggak asik. Bahkan mungkin sampai sekarang di sebagian kita, anggapan macam itu masih berlaku.
Kalau mau ditengok ulang secara etimologis, kata “artis” nggak berhubungan langsung dengan sifat. Apalagi sifat yang cenderung negatif macam pengen tampil dan selalu dapat sorotan, juga sulit ditemui. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata itu merujuk pada kata benda, yang artinya adalah “ahli dalam bidang seni”. Bisa seni suara, peran, juga seni rupa. Sama seperti dokter, insinyur atau profesi lainnya
Adalah sifat yang mengiringi pekerjaan seorang artis yang biasanya dibesar-besarkan media, yang kemudian bikin kata ini jadi berkonotasi nggak asik. Bahwa seorang artis hobi cari sensasi dengan cara yang kadang aneh-aneh itu kemudian jadi sebuah keniscayaan (widih!) alias keharusan. Ya nggak bisa disalahkan juga. Soalnya pada kenyataannya memang banyak yang pengen populer dengan hanya bermodal sensasi. Dan ketika si pengejar popularitas ini oleh media dilabeli sebagai “artis”, jadilah dia seorang, *sigh* artis.
Tentu bukan artis yang model terakhir ini yang kami listing di daftar Artist Of The Year. Melainkan artis dalam arti kata sebenarnya: yang ahli dalam bidang seni serta punya karya dan terbukti karyanya itu mampu menyentuh serta diminati banyak orang sehingga nggak usah pake ngotot berulah macam-macam, otomatis namanya terangkat ke permukaan nyaris sepanjang tahun. Begitu kira-kira.