Tampilkan di aplikasi

Menyemai mimpi pada jiwa anak

Majalah Hidayatullah - Edisi 06/XXXI
3 Oktober 2019

Majalah Hidayatullah - Edisi 06/XXXI

Orangtua berperan penting dalam mengarahkan kehidupan anak agar terarah dan benar. Agar kelak menjadi manusia hebat yang mampu mengukir prestasi yang layak diukir sejarah. / Foto : SUPUSHPITHAATAPATTU/PEXELS

Hidayatullah
“Nak……kalau sudah besar nanti mau jadi apa ya…?” atau “Nak... belajar yang rajin yaa… biar tercapai cita-citamu..!. Dua pernyataan di muka tidak asing bagi orangtua. Pasalnya, dua pernyataan tersebut sering terlontar dari lisan orangtua kepada anaknya. Kedua pernyataan itu menandakan bahwa para orangtua menginginkan anaknya memiliki mimpi di hari esok.

Orangtua sama sekali tak ingin anaknya menjalani kehidupan ini dengan hampa, tanpa cita-cita. Mengapa anak yang hidup tanpa cita-cita amat dikhawatirkan orang tua? Sebab, tanpa cita-cita kehidupan anak akan kehilangan ghairah untuk belajar, bekerja, dan berdoa. Tanpa cita-cita, anak tak tahu ke mana harus melangkah, harus bekerja seperti apa, harus belajar apa, dan harus mempersiapkan bekal apa?

Akibatnya, kehidupan anak akan mengalir begitu saja. Tak kenal tujuan yang hendak diraih. Amat berbahaya bila anak terjebak pada pergaulan yang menyeret pada kehidupan foya-foya, asal senang, dan asal puas sesaat. Kejarlah Cita-citamu Nak… Seringkali orangtua berkata kepada anaknya, “Belajar yang rajin ya, agar besar nanti bisa jadi dokter.” Atau “Belajar yang rajin Nak ya, biar nanti jadi orang sukses, berlimpah uang, bisa punya rumah bagus, punya mobil banyak.”

Tak ada yang keliru dengan perkataan itu. Hanya saja, perkataan seperti itu berpotensi mengantarkan anak-anak menjadi budak dunia. Akibatnya, dalam jiwa anak tertanam bahwa visi tertinggi dalam hidup ini adalah meraih kesuksesan duniawi. Sehingga anak kita berlelah dan berpayah mengejar dunia hanya demi untuk dunia.

Bila visi anak seperti itu, maka seluruh aktivitasnya adalah demi dunia. Misalnya, anak kita menjadi dokter, pedagang atau lainnya, karena niatnya memang untuk mendapat kekayaan materi semata, maka harta yang diperoleh dari profesinya itu akan diinvestasikan kembali untuk proyek-proyek yang bisa mendatangkan keuntungan duniawi lagi. Bermula dari niat seperti itu, yang kita takutkan adalah anak-anak kita akan merugi di akhirat nanti.
Majalah Hidayatullah di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI