Pembaca terhormat. Sepanjang September ini kesibukan kami sedikit meningkat. Selain menggarap edisi Oktober 2017, kami juga menyiapkan acara tahunan Green Property Awards (GPA) 2017 yang akan berlangsung di The Terrace, The Maj Senayan (National Golf Club), 27 September 2017. Ada 20 developer yang menerima GPA 2017 mencakup pengembang perumahan, apartemen, dan properti komersial.
Proses penilaian sudah kami lakukan sejak Juli lalu di bawah arahan Nirwono Joga, arsitek lansekap, pengamat properti hijau, dan Koordinator Peta Hijau Jakarta. Semua penerima award kami tulis profil ringkasnya di liputan khusus edisi ini. Di tengah-tengah kesibukan itu, awal September lalu redaksi juga menerima kunjungan developer PT Agung Panorama Properti (APP).
Kami tentu dengan senang hati menerima, karena bisa berdiskusi dan bertukar informasi mengenai perkembanan bisnis properti terkini di Tanah Air. Dari APP hadir Direktur Joseph Effendy dan Rizzky Pratama, Project Marketing Manager Tonny Eddy & Associates yang menjadi konsultan marketing APP. Dalam kunjungan itu Joseph memaparkan rencana APP mengembangkan proyek office resort The Nusa Dua Crea 24/7 di Nusa Dua, Bali. “Kawasan wisata seperti Bali juga butuh fasilitas perkantoran.
Selama ini perkantoran di Bali berupa rumah biasa atau ruko yang kurang representatif. Kami mencoba berpikir out of the box dan melihat potensi kebutuhan perkantoran dengan kriteria terentu. Makanya kami akan luncurkan Crea, proyek perkantoran berkonsep resort office di Nusa Dua,” katanya. Diskusi hangat selama dua jam yang diselingi canda itu juga membahas sejauh mana perkembangan superblok SpringHill Residence milik APP di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.
Pembaca, untuk Liputan Utama edisi ini kami mencoba memotret fenomena di pengembangan rumah mungil dua lantai yang belakangan pelan-pelan mulai mendominasi pasar properti di Jabodetabek dan beberapa kota besar seperti Bandung, Semarang dan Surabaya. Awalnya mungkin hanya sebuah siasat pengembang agar tetap berjualan dan eksis di tengah kondisi pasar yang masih lesu.
Tapi, seiring masifnya pembangunan infrastruktur yang mengerek harga tanah, rumah dua lantai di kaveling kecil akan menjadi keniscayaan di kota agar harganya tetap terjangkau. Kalau dulu kaveling seluas 60 m2 adalah ukuran terkecil, sekarang batas psikologis itu sudah dilanggar. Bahkan, sudah ada beberapa developer yang melansir rumah dengan ukuran kaveling di bawah 50 m2. Nyatanya laku.
Tidak hanya di Jakarta dan sekitarnya, tapi juga di Surabaya. Kami harapkan liputan utama ini dapat menjadi panduan dan referensi konsumen khususnya kalangan menengah urban yang berencana membeli rumah. Pada edisi ini kami juga mengangkat topik makin masifnya pengembang China menggarap proyek properti di Indonesia terutama di Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). Sebagian besar proyeknya berupa mixed use development, sebagian lainnya landed residential.
Kiprah mereka menarik perhatian karena skala proyeknya besar, menelan investasi triliunan, dan mendapat respon pasar cukup bagus. Di luar itu kami juga menampilkan liputan lain yang tidak kalah menarik, seperti pasar rumah seken di Kota Wisata, Jl Trans Yogi, Cileungsi (Bogor), desain interior apartemen untuk kaum milenial, cara membeli rumah dengan KPR dan pinjaman uang muka berbunga lunak dari BPJS, dan lain-lain. Selamat membaca.