Pada edisi Agustus 2018 ini kami menurunkan Liputan Utama tentang beragam produk properti yang dikembangkan anak-anak perusahaan pelat merah atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kami tertarik membahasnya karena belakangan kiprahnya di bisnis padat modal ini kian menonjol. Proyek-proyeknya ada di banyak kota, dan kebanyakan berada di lokasi yang strategis.
Begitu ekspansifnya, sudah dua BUMN yang merasa perlu mendirikan dua perusahaan properti, yaitu PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT PP Tbk (PP). Anak perusahaan ADHI yang pertama adalah PT Adhi Persada Properti (APP) yang antara lain membangun apartemen untuk mahasiswa dekat kampus-kampus perguruan tinggi favorit di berbagai kota di Jawa, seperti Depok, Bandung, Solo, dan lain-lain, selain mulai merambah apartemen mewah seperti The Padmayana di Simprug, Jakarta Selatan.
Kedua, PT Adhi Commuter Properti (ACP) yang dibentuk awal Juli khusus untuk mengembangkan properti di stasiun kereta ringan atau LRT Jabodetabek dengan brand LRT City, ditambah proyek terintegrasi stasiun atau terminal moda transportasi massal lain. Menurut rencana sampai tahun 2022 ACP akan mengembangkan 22 proyek apartemen dan properti terpadu terintegrasi stasiun LRT Jabodetabek yang dibangun ADHI.
Sementara dua anak perusahaan PT PP Tbk adalah PT PP Properti Tbk (PPRO) dan PT PP Urban. Proyek PPRO antara lain superblok Grand Kamala Lagoon (30 ha) di Jl Kalimalang, Bekasi (Jawa Barat), dan mixed use (properti terpadu) Grand Sungkono Lagoon di Jl Mayjen Sungkono, Surabaya. Sedangkan PT PP Urban yang sebelumnya bernama PT PP Pracetak dibentuk khusus untuk mengembangkan hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah bawah.
PT Wika Realty Tbk bentukan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) juga tak kalah agresifnya. Sejak berdiri 18 tahun lalu sudah 27 proyek yang dikembangkannya, tersebar di Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, Bandung, Bali, Balikpapan, Samarinda, Makassar, sampai Manado dan Palu. Awalnya Wika gencar mengembangkan perumahan, belakangan makin aktif men-develop apartemen.
Tidak mau kalah dengan ADHI, PP, dan WIKA, belakangan PT Waskita Karya (WK) juga sangat ekspansif menggarap bisnis properti. Melalui PT Waskita Karya Realty yang didirikan tahun 2012, WK sudah mengembangkan sembilan proyek, sebagian berupa mixed use yang menghimpun apartemen, perkantoran, hotel, area ritel dan lain di satu lokasi, sebagian lagi apartemen single, yang lain proyek vila di Bali.
Bagi konsumen salah satu keuntungan membeli properti dari anak-anak perusahaan BUMN itu, pengembangan proyek lebih terjamin karena ada brand BUMN-nya. Melihat rekam jejaknya selama ini, belum ada proyek property BUMN itu yang mandek pembangunannya atau wanprestasi. Sayangnya kebanyakan mereka lebih tertarik menyasar pasar menengah serta menengah-atas. Masih sedikit sekali proyek mereka yang terjangkau kalangan menengah-bawah.
Di luar Liputan Utama, kami menulis juga tentang tren rumah mungil berkamar tiga yang dikembangkan di atas kaveling kecil, 6x10 dan 5x10. Karena jumlah kamarnya sesuai tuntutan rata-rata keluarga Indonesia, harganya juga bias lebih terjangkau. Karena itu belakangan makin banyak developer yang mengembangkan dan menaewarkannya agar tetap berjualan saat pasar lesu seperti sekarang. Anda bisa membaca liputannya di rubrik Tren Properti.
Di rubrik Homeloan kami mengangkat tema kebijakan LTV baru yang berlaku mulai 1 Agustus 2018, dimana plafon KPR/KPA pertama dilonggarkan, bisa 100 persen untuk semua tipe dengan jenis kredit apapun (konvensional atau syariah). Sedangkan untuk KPR/KPA kedua dan seterusnya, uang mukanya disyaratkan 10–20 persen tergantung tipe/jenis properti serta jenis kredit (konvensional atau syariah). Jadi setelah ada kebijakan baru itu, konsumen bisa membeli rumah atau apartemen pertama tipe apapun dengan KPR/KPA tanpa harus menyediakan uang muka.
Di rubrik Interior kami mengetengahkan desain interior work office home office (WOHO) yang memadukan dua fungsi: hunian dan tempat kerja dengan sekat yang tegas, sehingga masing-masing dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Di rubrik Tamu Kita kami berkesempatan mewawancarai Carlson Lau, Chief Executive Officer (CEO) dan Co-Founder Cocowork, salah satu perusahaan penyedia tempat kerja berkonsep collaborative working atau coworking space terbesar di Indonesia. Di luar itu tentu masih banyak rubrik menarik lainnya yang bisa anda baca seperti Sosok, Tren Bahan Bangunan, Desain, dan lain-lain. Selamat membaca.