Tampilkan di aplikasi

Memanjakan "Me Me Me Generation"

Majalah Housing Estate - Edisi 172
12 Desember 2018

Majalah Housing Estate - Edisi 172

Greenland Forest Hill Residence, Atang Sanjaya, Bogor. / Foto : Susilo

Housing Estate
Majalah Time di salah satu liputan utamanya menyebut kaum milenial sebagai The Me Me Me Generation. Mereka dinilai narsis, serba mudah mendapatkan sesuatu, dan hanya peduli pada diri sendiri atau apapun yang berhubungan dengan dirinya. Di pikiran kebanyakan mereka yang ada hanya me, me, and me.

Karena itu laman medsosnya penuh pembicaraan dan foto-foto dirinya serta foto lain yang terkait langsung. Tak ada diskusi dan gambar tentang hal-hal yang bersifat masa depan dan tanggung jawab baik secara individual maupun sosial. Bagi mereka pengalaman baru lebih penting, rumah bukan prioritas. Mereka bisa tetap tinggal dengan orang tua.

Menikah dan punya anak ditunda dulu. Lazy, entitled narcissists who still live with their parents, tulis majalah itu di cover-nya. Di Indonesia, film “Menunggu Pagi” yang diputar di bioskop-bioskop Oktober lalu menggambarkan profil generasi yang tumbuh besar menjelang milenium kedua itu.

Kita boleh setuju atau tidak dengan gambaran Time dan film itu. Tapi, disrupsi teknologi yang terjadi bersamaan dengan tumbuh kembangnya generasi hyperconnected itu, memang membuat mereka sangat narsis dan minim interaksi sosial nyata kecuali dengan komunitasnya. Mereka netizen dengan up date status dan likes menjadi kesehariannya.

Nafasnya sinyal, asupannya paket data. Traveling, hangout, nonton konser bisa selalu di up date dan di-sharing untuk memancing likes, rumah belum tentu. Apalagi, rumah sederhana yang mampu dijangkau kebanyakan kaum milenial itu. Desain, tampilan, dan kualitas pengembangannya tidak menarik dan tidak akan memancing likes.
Majalah Housing Estate di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI