Di kota-kota besar di negara maju yang mobilitasnya didukung transportasi massal yang bagus seperti Singapura, Hongkong, dan Tokyo, konsep transit oriented development (TOD) sudah lama dikenal dan berhasil membantu mengatasi persoalan lalu lintasnya.
Di Indonesia terutama di beberapa kota besarnya seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, konsep pengembangan kota itu tampaknya juga akan nge-tren, menyusul masifnya pembangunan moda transportasi massal seperti MRT (mass rapid transit), light rail transit (LRT), jalur kereta komuter (commuter line), serta bus rapid transit (BRT) di kota-kota tersebut.
Terlebih setelah BUMN seperti PT Adhi Karya Tbk yang membangun LRT Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) sepanjang 81 km, secara resmi membentuk PT Adhi Commuter Properti (ACP) untuk mengembangkan proyek dengan konsep TOD di semua stasiun LRT itu. Tren itu akan kian berkembang.
Tahap pertama LRT Jabodetabek dibangun sepanjang 43,3 km mencakup rute Bekasi Timur-Cawang (18,3 km/6 stasiun termasuk Cawang), Cawang-Cibubur (14,3 km/5 stasiun termasuk Cawang), dan Cawang-Dukuh Atas (10,5 km/8 stasiun termasuk Cawang).
Cawang akan menjadi grand hub karena menjadi pertemuan jalur LRT Jabodetabek tahap pertama dengan moda transportasi lain seperti busway. Tahap dua sepanjang 38,3 km meliputi Dukuh Atas-Pejompongan-Senayan, Cibubur-Bogor, dan Senayan-Grogol.
Tahap berikutnya bisa diteruskan ke area lain seperti Daan Mogot. Khusus di LRT Cibubur-Bogor yang akan dibangun tahun depan, pengembangan kawasan TOD-nya di setiap stasiun bisa dilakukan developer swasta bekerja sama dengan pemerintah (BUMN) dengan skema kerja sama pemerintah dunia usaha (KPBU).
Majalah Housing Estate di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.