Dalam kurun waktu yang cukup lama, desain lantai hadir seolah tak terlihat. Pola tile berbaris rapi, banyak diterapkan di bangunan. Keteraturan membuatnya tidak mencolok. Warna netral seperti putih, krem, abu-abu, biasa dipilih untuk mendukung ketidakmencolokannya. Variasi dimunculkan dalam bentuk ukuran tile. Semakin besar ukuran tile, semakin sedikit batas potongan yang tampak. Lantai pun menyerupai sebuah kanvas polos berukuran besar. Kanvas yang siap “dilukis” oleh benda-benda yang diletakkan di atasnya.
Tampaknya, kini lantai bukan lagi kanvas besar. Lantai bisa menjadi penghias itu sendiri. Sebuah ruang bisa hadir tanpa satu pun furnitur, hanya menonjolkan desain lantai. Bahkan suasana sebuah ruang bisa dibangun oleh—hanya—desain lantainya.
Dalam membangun suasana ruang inilah kreativitas desain lantai muncul. Semakin banyak desainer yang senang memainkan ketidakteraturan, pola asimetris, atau warna-warna mencolok. Bukan berarti barisan teratur dan warna netral ditinggalkan, hanya saja lantai kini banyak ditonjolkan, karena dipandang tidak kalah penting dibandingkan elemen lain seperti dinding atau plafon. Pola teratur tetap digunakan, namun dilengkapi motif. Warna netral tetap dipilih, namun dengan permainan pola yang lebih dinamis.
Begitu besar pengaruh lantai pada mood ruang, bukan tidak mungkin dalam mendesain sebuah bangunan, lantai diolah lebih dulu. Dinding, furnitur, dan elemen interior lain menyesuaikan kemudian. Karena lantai bisa menjadi ratu dalam ruang.