It’s Me
Dulu, ketika kita masuk sebuah resto, kita akan disambut oleh jajaran meja dan kursi yang bersih. Dapur ada di belakang—di balik pintu tertutup—tidak tampak oleh kita. Tahu-tahu makanan yang kita pesan hadir di meja dengan cantiknya.
Tapi sekarang, kita bisa saja disambut oleh dapur ketika masuk ke sebuah resto atau kafe. Dapur ini begitu terbuka, bahkan kita bisa menonton para koki memasak, bartender meracik minuman, atau barista meramu kopi. Gelas dan piring ditaruh di rak terbuka, keunikan alat-alat makan yang digunakan dipertontonkan.
Bahkan di kafe-kafe, perlengkapan seperti gula, tisu, sendok, sedotan, ditata secantik mungkin, diletakkan di tempat yang sangat strategis, sehingga mudah ditemukan oleh pengunjung. Semua terbuka, dan semua tampak menarik.
Kita bisa menerapkan konsep ini di rumah. Sajikan berbagai benda dengan cara menarik, lalu letakkan di tempat terbuka. Tunjukkan pada siapapun yang datang ke rumah Anda, bahwa “inilah saya”. Inilah koleksi buku saya, inilah koleksi alat olahraga saya, inilah koleksi botol minum saya, dan sebagainya. Bukan untuk pamer. Tapi saat ini, menjadi terbuka adalah sesuatu kewajaran. Memfoto barang-barang milik pribadi dan menyiarkannya di media sosial bukan hal aneh.
Keterbukaan ini ternyata juga dapat menjadi sebuah solusi di tengah minimnya lahan. Ketimbang berkutat mencari ruang untuk menyimpan di sudut-sudut terdalam, lebih baik berkreasi mencari cara menampilkan barang dengan indah di tempat-tempat terbuka. Dengan membuat barang-barang Anda terlihat, Anda dapat sekaligus menceritakan diri Anda.