Rumah dengan dinding bata atau dinding semen, sudah ada sejak lama.
Di kampung-kampung di penjuru Indonesia, kita akan dengan mudah menemukan rumah dengan dinding dari bata, batu, bambu, kayu, atau material alam lainnya yang tampil tanpa polesan.
Kini, gaya seperti itu muncul kembali sebagai sebuah tren di perkotaan, dengan nama yang cukup keren: bata ekspos, semen ekspos, dan sebagainya. Sesungguhnya, itu hanyalah material yang ditampilkan dalam wajah aslinya.
Preferensi, minat, atau pilihan orang memang terus berputar sepanjang masa. Mungkin sudah sifat dasarnya, manusia adalah mahluk pembosan.
Bila di suatu masa kita menyukai suatu gaya tertentu, di masa berikutnya kita akan menyukai gaya yang lain. Kesukaan ini terus berubah, sampai pada titik tertentu kembali ke awal dan kembali berputar.
Mungkin juga model ekspos seperti ini kembali hadir karena pada dasarnya manusia senang membayangkan suasana pedesaan, senang mengenang masa lalu (bagi yang masa kecilnya cukup lekat dengan suasana pedesaan).
Namun menerapkan material ekspos seperti yang banyak digunakan di rumah-rumah zaman dulu tidak harus membuat rumah kita tampak jadul alias kuno. Perputaran desain selalu diwarnai sesuatu yang baru dan bersifat masa kini. Dinding bata ekspos yang biasa digunakan di rumah zaman dulu, berbeda dengan yang tampil di bangunan modern. Ada kreativitas dalam pola desain yang mengikuti selera masa kini.
Yang juga penting, mengiringi kondisi iklim, lingkungan, dan juga kebiasaan kita sebagai manusia modern—yang tentu berbeda dengan orang dulu—perlu ada perlakuan khusus pada material ekspos ini. Supaya keunikan desain yang diterapkan atas nama keindahan tidak menjadi beban karena banyak menimbulkan masalah.