Beradatasi Melalui Desain
Desain dapat menjadi suatu bentuk strategi adaptasi kita terhadap lingkungan. Kita hidup di negara bercuaca ekstrem—dan akhir-akhir ini menjadi semakin ekstrem. Salah satu masalah yang kita rasakan dari kondisi cuaca yang tak menentu ini adalah panas yang semakin menggila. Panas ini tidak hanya terasa saat kita berada di luar ruang dan terpapar matahari, namun juga saat kita berada di bawah naungan, semisal di dalam rumah. Atap dan dinding seolah berteriak tak lagi sanggup menahan panas agar tidak masuk ke dalam rumah.
Ketika kita menginginkan cara yang sangat praktis, alat pendingin ruangan menjadi jalan keluar yang paling gampang. Sepanas apapun udara di dalam rumah, dapat ditanggulangi dengan penggunaan alat pendingin. Tinggal jumlahnya saja yang diatur.
Namun, saat ini orang pun semakin pintar. Kita tidak menyerah sepenuhnya pada mesin. Alat-alat elektronik tak bisa dinafikan, namun kita tetap ingin mengimbanginya dengan strategi lain yang lebih bersahabat. Secondary skin menjadi salah satu jalan keluar yang cerdas dalam mengurangi panas di dalam ruang.
"Secondary skin menjadi salah satu jalan keluar yang cerdas dalam mengurangi panas di dalam ruang. Di luar fungsinya, sistem ini juga menjadi lahan bagi seorang perancang bangunan untuk menumpahkan kreativitasnya demi memenuhi kebutuhan akan keindahan bangunan."
Secondary skin atau double-skin façade konon sudah ada sejak awal abad ke-20. Namun akhir-akhir ini menjadi semakin banyak digunakan, baik untuk gedung-gedung tinggi maupun hunian. Di luar fungsinya, sistem ini juga menjadi lahan bagi seorang perancang bangunan untuk menumpahkan kreativitasnya demi memenuhi kebutuhan akan keindahan bangunan.