Berfikir Vertikal
Konsep vertikal belakangan ini semakin banyak diterapkan. Populasi dunia yang terus meningkat sehingga membuat space terkesan menyempit, membuat kita semua dipaksa berpikir dalam dimensi vertikal untuk berbagai aspek.
Yang paling banyak contohnya adalah tempat tinggal. Konsep hunian vertikal mengakomodasi kebutuhan akan ruang di tengah kota yang padat. Dengan konsep ini, ada lebih banyak hunian yang dapat ditampung oleh sebuah wilayah. Yang artinya, ada lebih banyak orang yang dapat ditampung di sebuah kompleks hunian.
Konsep vertikal tidak hanya dapat diterapkan dalam skala besar seperti pola pemukiman di kota. Dalam lingkup yang lebih sempit seperti di sebuah hunian, ada banyak hal yang juga bisa diperlakukan secara vertikal. Kita bisa bicara tentang pengaturan sebuah kamar tidur yang menerapkan tempat tidur dan ruang belajar dalam posisi atas-bawah. Kita juga bisa bicara soal tempat penyimpanan yang memanfaatkan semua kolong furnitur atau memanfaatkan semua dinding yang posisinya di atas kepala manusia. Bahkan kita bisa saja tidak sadar sudah banyak menerapkan konsep vertikal di rumah kita sendiri.
Taman, adalah satu elemen lain yang juga bisa mendapat perlakuan vertikal. Sebuah istilah muncul, yaitu vertical garden. Bagi banyak orang, vertical garden menjadi solusi membuat taman di lahan yang sangat terbatas. Bahkan dengan cara ini, mereka yang tinggal di apartemen tanpa halaman pun, bisa memiliki taman.
"Konsep vertikal tidak hanya dapat diterapkan dalam skala besar seperti pola pemukiman di kota. Dalam lingkup yang lebih sempit seperti di sebuah hunian, ada banyak hal yang juga bisa diperlakukan secara vertikal."
Dalam perjalanannya, vertical garden berkembang menjadi sebuah seni yang seolah-olah melupakan kodratnya—yaitu lahan sempit. Keunikan dan variasi desain yang mungkin dimunculkannya membuat taman vertikal lebih banyak membawa misi keindahan bagi sebuah bangunan—tak peduli lahannya sempit atau tidak.