Belajar dari Dongeng Sang Kancil. Fenomena bank vs fi ntech mungkin bisa kita ibaratkan gajah versus semut. Dalam fabel Sang Kancil, gajah dan semut dikisahkan berduel karena gerombolan gajah dianggap semut telah mengacak-acak sarangnya. Gigitan semut di kulit gajah yang tebal tentu tak berarti apa-apa. Walhasil, gajah yang mengira dirinya terkuat lalu menertawakan semut. Semut kesal dan memanjat punggung gajah dengan lincah, lalu menyelusup ke dalam telinga gajah. Versi lain menyebutkan, semut masuk ke belalai gajah. Gajah ketakutan dan menghentak-hentakkan kakinya yang besar sekuat tenaga. Semut yang juga ketakutan pun menggigit gendang telinga gajah sekeras-kerasnya.
Walhasil gajah sangat kesakitan dan berlarian ke sana kemari hingga menubruk pohon-pohon yang ada di hutan. Akhir cerita, gajah pun mengaku kalah. Bukan artinya bank akan bernasib seperti gajah atau bank harus ketakutan dengan kehadiran fi ntech startup. Kata yang lebih tepat adalah waspada, sekaligus menyadari kelebihankelebihan fi ntech. Pasalnya jika tidak waspada, bukan tak mungkin fi ntech akan “menggigit” bank di titik lemahnya, mirip kisah gajah dan semut tadi. Bukan tak mungkin pula jika fi ntech akan terlihat lebih menarik di mata nasabah karena dapat memberikan layanan-layanan yang selama ini termasuk core services dan sejak lama menjadi domain bank, seperti tabungan, investasi, dan pinjaman, dengan cara yang lebih baik. Selain waspada, kolaborasi perlu dikedepankan karena bersama fi ntech, bank dapat menjangkau lebih banyak nasabah, meningkatkan kualitas layanan, dan mempercepat time to market produk-produk milik bank itu sendiri. Nah, gajah dan semut pun kini bisa bersahabat