Kolaborasi untuk Indonesia yang Lebih Baik Siapa bilang kolaborasi itu gampang? Itu kira-kira kesimpulan yang mengerucut dari diskusi antara para IT leader dari industri layanan keuangan (fi nancial services industry/FSI) dengan sejumlah perwakilan dari fi ntech startup di acara CIO Forum InfoKomputer, di bulan Oktober lalu.
FSI dan fi ntech startup sebenarnya sepakat bahwa berkolaborasi itu lebih menguntungkan ketimbang memelihara kompetisi. Kelincahan dan kreativitas fi ntech dapat menjangkau segmen yang belum terlayani oleh FSI. Sementara kekuatan bank dan FSI lainnya terletak pada kredibilitas dan basis nasabah yang sangat besar. Namun kolaborasi ternyata tidak segampang yang diperkirakan kedua belah pihak. Pertama adalah soal regulasi. Payung hukum sangat dibutuhkan agar tak ada yang dirugikan, baik kedua belah pihak maupun konsumen.
Di sisi lain ada pula soal perbedaan karakter di antara keduanya. FSI cenderung rigid dan sangat mengedepankan asas kehati-hatian. Fintech memang lebih gesit dan fl eksibel, tapi proses bisnisnya masih permisif terhadap proses-proses manual. Tidak mengherankan jika “benturan” proses bisnis antara fi ntech dan perbankan terjadi di titik risk & compliance. Semoga saja keduanya dapat segera menemukan titik tengah yang tepat untuk bisa memulai kolaborasi. Karena kolaborasi tersebut berpotensi mendukung program keuangan inklusif, dan lebih jauh lagi berkontribusi pada kesejahteraan ekonomi untuk Indonesia yang lebih baik.