Pertumbuhan populasi penduduk kota yang masif tersebut menimbulkan tantangan pengelolaan baik oleh sektor publik maupun swasta, mulai dari tantangan keterbatasan sumber daya hingga tantangan untuk terus beradaptasi dengan kebutuhan konsumen.
Untuk menjadi benar-benar cerdas, sebuah kota harus mengintegrasikan dan memanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang bersifat citizen centric atau berfokus kepada kebutuhan warga kota. Pemanfaatan TIK akan meningkatkan kualitas hidup warga, memampukan kota mewujudkan harapan ekonomi yang lebih baik, dan memastikan kebingkasan ekonomi yang lebih kuat.
Dr Renato De Castro* (International Advisor, World e-Governments Organisation of Cities & Local Governments), memaparkan tiga prediksi tentang smart city yang harus diketahui para pemimpin kota. Analisis dan pemahaman data secara mendalam menjadi tool yang makin dipercaya dan dimanfaatkan oleh sektor pemerintahan maupun bisnis.
Tingkat kriminalitas yang tinggi dan ancaman teroris hanyalah dua dari sekian banyak isu yang harus dihadapi kota di seluruh dunia. Kombinasi antara teknologi dan keamanan berpotensi mengentaskan dan membantu pemerintah kota mengelola isuisu tersebut. Misalnya, sebuah kota dapat mempertimbangkan surveillence system high definition tercanggih untuk dipasang pada jaringan informasi, seperti social media, di mana artificial intelligence (AI) mampu memproses data dalam jumlah besar.
Implementasi AI ini tidak hanya dapat memangkas response time saat terjadi situasi genting, tetapi juga dapat memprediksi terjadinya kejahatan. Di luar pembahasan tentang kontroversi tindakan monitoring dan privasi, AI berpotensi meningkatkan keselamatan dan keamanan di smart city untuk kehidupan warga yang lebih nyaman.
