Akhir Mei lalu, rencana perjalanan bisnis dan liburan lebih dari tujuh puluh lima ribu penumpang maskapai British Airways berantakan akibat dibatalkannya 726 penerbangan dari bandara Heathrow dan Gatwick, Inggris. Masalah ini bermula dari pemadaman listrik secara tak sengaja oleh seorang teknisi listrik di data center London. Namun kemudian berbuntut panjang karena menyebabkan padamnya beberapa sistem operasional penting, seperti sistem booking, check-in, dan baggage handling.
Selanjutnya, merebak informasi bahwa si teknisi adalah karyawan outsource. Tak ayal, GMB, organisasi yang menaungi para pekerja di Inggris, mengeluarkan pernyataan yang “menyalahkan” keputusan British Airways meng-outsource beberapa fungsi TI-nya ke India sejak tahun 2016 lalu. Namun hal itu segera disangkal oleh CEO British Airways, Alex Cruz, bahwa kejadian itu tidak ada hubungannya dengan keputusan manajemen tentang outsourcing.
Terlepas dari kejadian itu, sebuah studi yang dilakukan oleh lembaga riset Clutch di Amerika mengungkapkan bahwa banyak perusahaan AS berniat mengambil kembali layanan TI-nya dari tangan perusahaan outsourcing. Salah satu alasan di balik keputusan itu adalah tren digitalisasi. TI adalah kekuatan utama untuk mempertahankan eksistensi bisnis di era digital. Tak heran jika kapabilitas digitalisasi menjadi competitive advantage yang sebaiknya tidak diurus oleh orang lain.
Berbicara tentang digitalisasi, ada baiknya Anda juga menyimak laporan utama kami tentang tren internet tahun 2017. Seperti sudah diperkirakan sejak lama, cloud computing terus berevolusi dalam berbagai aspeknya, misalnya alasan adopsi, pemanfaatan, investasi, bahkan pengaruhnya terhadap strategi mobile fi rst perusahaan.
Laporan yang dibuat oleh Mary Meeker ini juga memaparkan tentang sektor kesehatan yang menemukan titik lompatnya di era digital ini. Digitalisasi akan memercepat inovasi di bidang kesehatan, dan membuka kesempatan memperbaiki layanan. IK