Tampilkan di aplikasi

Menyibak potensi AR di aneka industri

Majalah Infokomputer - Edisi 10/2017
12 Oktober 2017

Majalah Infokomputer - Edisi 10/2017

Popularitas “Pokemon GO” memang berdampak positif untuk memasyarakatkan teknologi augmented reality (AR). Tetapi sejatinya, potensi pemanfaatan AR jauh lebih luas daripada mobile game, tetapi bisa juga digunakan di berbagai sektor bisnis dan industri. / Foto : Thinkstockphotos

Infokomputer
Percaya atau tidak, konsep teknologi augmented reality (AR) ternyata sudah dikenal sejak tahun 1901. Ketika itu, L. Frank Baum, seorang penulis buku fiksi, menyebut ide tentang tampilan elektronik yang terhampar di atas dunia nyata. Ia menyebutnya sebagai “character marker”. Namun, bentuk nyata teknologi AR baru nampak pada tahun 1957 ketika sinematografer Morton Heilig menciptakan peranti Sensorama. Sensorama berbentuk seperti meja komputer dengan sebuah tudung di bagian atas. Kemudian, kepala pengguna dimasukkan ke dalam tudung tersebut.

Di dalam tudung tersebut, ada tiga buah layar. Satu layar di depan dan dua layar di samping kepala, ditambah dengan audio yang “disemburkan” dekat dengan telinga pengguna. Dengan demikian, pengguna akan merasakan pesona tiga dimensi ketika melihat film yang diputar melalui Sensorama. Tidak hanya itu, Sensorama juga mengembuskan angin dan menggetarkan kursi yang diduduki oleh pengguna sehingga makin lengkaplah sensasi multidimensi yang dialami oleh pengguna. Dari visual, audio, sampai sensorik.

Sayangnya, Sensorama tak pernah diproduksi secara massal. Salah satu alasannya karena mahalnya biaya yang diperlukan untuk membuat film tiga dimensi yang ditayangkan di dalamnya. Dari segi pengalaman, Sensorama memang lebih dekat dengan konsep theater 4D atau virtual reality (VR). Bagaimanapun, teknologi VR masih berdekatan dengan AR karena sama-sama menggabungkan objek dan kondisi di dunia nyata dan dunia maya.

Nah, perangkat yang secara konsep lebih dekat dengan pengembangan teknologi AR saat ini adalah alat ciptaan Ivan Sutherland and Bob Sproull pada tahun 1968. Alat tersebut berbentuk seperti helm, terpasang di kepala, dan memiliki lensa yang dipakai layaknya kacamata. Bentuknya mengerikan dan berat sehingga harus disangga.
Majalah Infokomputer di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.
Baca selengkapnya di edisi ini

Selengkapnya
DARI EDISI INI